IDXChannel - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pembangunan smelter tembaga bukan sekadar upaya meningkatkan infrastruktur, tetapi juga menjadi langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam.
Dengan adanya smelter, Indonesia tidak hanya mengekspor bahan mentah tetapi juga produk jadi yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
"Dengan beroperasinya smelter-smelter ini, nilai tambah dari sumber daya mineral kita akan semakin meningkat, sehingga dapat meningkatkan devisa negara, membuka lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah," ujar Bahlil saat mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan smelter katoda tembaga dan smelter precious metal refinery PT Amman Mineral Nusa Tenggara hari ini, Senin (23/9/2024).
Sebagai informasi, pada Mei 2024, proyek pembangunan smelter tembaga Amman telah mencapai tahap yang signifikan. Berdasarkan hasil verifikasi independen, smelter telah memasuki tahap komisioning sejak 31 Mei 2024.
Tahap ini menandai kesiapan smelter untuk memulai operasi produksi. Smelter ini dirancang untuk memproses 900 ribh ton per tahun konsentrat tembaga menjadi 220 ribu ton per tahun katoda tembaga dengan kualitas tinggi (LME Grade A). Selain itu, smelter juga akan menghasilkan 830 ribu ton asam sulfat sebagai produk sampingan.
Selain produksi katoda tembaga dan asam sulfat, smelter Amman juga dilengkapi dengan fasilitas pengolahan lumpur anoda (PMR). Fasilitas PMR ini akan memproses 970 ton lumpur anoda per tahun menjadi berbagai produk bernilai tambah seperti emas, perak, dan selenium.