IDXChannel - Kementerian BUMN sedang berupaya mengeluarkan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dari situasi sulit akibat menumpuknya utang perusahaan. Salah satunya dengan melakukan restrukturisasi utang. Bila ini berhasil maka keuangan Garuda akan membaik.
Adapun utang emiten dengan kode saham GIAA itu mencapai USD 9,8 miliar atau setara Rp 139 triliun. Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo menghitung, pada Mei-Juni tahun depan terjadinya break even point (BEP) atau total pendapatan Garuda sama dengan biaya yang dikeluarkan. Dengan begitu, di periode selanjutnya, keuangan perusahaan akan tumbuh positif.
"Jadi harapannya memang di Mei-Juni 2022 baru mulai mencapai break event dan mulai positif," ujar Kartika, Rabu (10/11/2021).
Meski begitu, nasib baik keuangan Garuda tergantung pada persetujuan kreditur hingga lessor. Tiko, sapaan akrab Kartika mencatat, persetujuan terhadap proposal restrukturisasi utang akan menekan bunga dan utang maskapai penerbangan pelat merah itu.
Di kesempatan lain, Tiko mencatat, bila proses restrukturisasi berjalan lancar, maka dapat menghemat pengeluaran perusahaan hingga 50 persen lebih. Kondisi ini akan menambah nafas Garuda hingga industri penerbangan semakin kondusif.