Saat itu, Bulog mendapat penugasan pemerintah dan melalui izin Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita, untuk melaksanakan impor beras sebanyak 2 juta ton. Meski begitu, dirut Bulog saat itu dijabat oleh Djarot Kusumayakti.
Saat itu, Pemerintah mencatat impor dilakukan untuk memenuhi stok dan kebutuhan dalam negeri. Bahkan, impor 2 juta ton beras saat itu dinilai cukup sedikit jika dibandingkan impor tahun-tahun sebelumnya.
Saat ini, eks impor beras pada 2018 masih tersisa 600.000 ton di gudang Bulog. Sisa beras tersebut karena terkendala penyaluran. Buwas menilai, perbedaan cita rasa masyarakat Indonesia menjadi sebab utama Bulog kesulitan menyalurkan beras impor.
Karena itu, pihaknya harus mencampurkan beras eks-impor tersebut dengan beras panen lokal sebelum disalurkan ke masyarakat. Hal itu guna, kebutuhan masyarakat terpenuhi dan beras impor bisa tersalurkan.
"Jadi kami harus mencampurkan beras impor dengan beras lokal. Sehingga bisa kami salurkan sesuai taste masyarakat," ungkap dia. (TYO)