"Kalau pada saat 2020 itu, memang penutupan mal terjadi selama tiga bulan dan kondisinya berat, tetapi pelaku usaha masih memiliki dana cadangan. Dana cadangan ini habis terkuras selama 2020 untuk hanya sekedar bertahan. Pada saat tutup 2021 yang hanya satu bulan, itu bebannya jauh lebih berat," terangnya.
Maka dari itu, jika tahun ini ada penutupan usaha lagi, maka akan jauh lebih berat. Karena kerugian pada 2020 dan 2021 masih belum bisa teratasi.
Ditambah, bagi pusat perbelanjaan yang sebelum pandemi kondisi kinerja kurang baik, tentu akan mendapat tekanan luar biasa di masa pandemi ini.
"Itulah sebabnya kenapa hingga saat ini masih ada saja pusat-pusat perbelanjaan yang dicoba untuk dijual atau ditawarkan kepada investor. Karena kenyataannya, kondisinya sangat berat. Mereka tidak bisa bertahan lagi akibat kerugian yang dialami selama 2020 hingga saat ini," tandasnya.
(SANDY)