sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

China Buka Lockdown, Sektor Mana Saja yang Untung?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
20/12/2022 12:50 WIB
Sektor pariwisata dan penerbangan kemungkinan akan kembali bergairah jika China kembali membuka pintu.
China Buka Lockdown, Sektor Mana Saja yang Untung? (Foto: MNC Media)
China Buka Lockdown, Sektor Mana Saja yang Untung? (Foto: MNC Media)

Nasib Sektor Properti dan Tekno

Sektor real estate dan platform internet adalah dua korban utama dari kekacauan ekonomi China.

Natixis  juga melaporkan, investasi properti dan penjualan rumah juga turun masing-masing 9,8% dan 28,4% secara year-to-date.

Sejak kehancuran grup Evergrande, telah terjadi gagal bayar obligasi dan gerakan boikot hipotek telah mengurangi kepercayaan pembeli rumah dan investor.

Diketahui Evergrande adalah perusahaan raksasa properti China yang saat ini sedang berupaya melakukan restrukturisasi setelah terlilit utang USD300 miliar atau setara Rp4,2 triliun di awal tahun ini.

Setelah Evergrande mengumumkan gagal bayarnya, perusahaan yang mengalami krisis itu tidak menggagalkan pembayaran sebagian obligasinya di luar negeri.

Pemerintah China menetapkan kebijakan "Tiga garis merah". Kebijakan ini merupakan serangkaian ambang batas hutang yang sangat membatasi kemampuan perusahaan pengembang properti tertentu untuk meminjam. Selama puluhan tahun, sektor properti meminjam tanpa kendali.

Menurut Rory Green, kepala bagian Riset China dan Asia di perusahaan konsultan TS Lombard, krisis Evergrande ini disebut sebagai peristiwa "badak abu-abu" (gray rhino), istilah yang digunakan untuk menggambarkan adanya ancaman yang jelas dan datang pelan-pelan.

Namun, pemerintah China telah meningkatkan langkah-langkah untuk mendukung pembiayaan pengembang properti.

Namun, kenyataannya hal ini hanya dapat mengulur waktu dan mengurangi tekanan likuiditas.

Tingkat hipotek atau KPR di China saat ini dilaporkan berada di level 4,12% pada Oktober 2022, turun dari 5,64% pada 202. Namun, penjualan rumah masih turun.

“Tidak ada solusi jangka pendek on demand karena butuh waktu untuk memperbaiki kepercayaan rumah tangga. Sentimen pasar keseluruhan yang membaik pada aset China juga akan menguntungkan platform internet atau sektor Big Tech,” tulis Natixis dalam laporan berjudul A Pivot To Growth: Which Sectors Will Benefit The Most As China Reopens, Jumat (16/12).

Sektor Big Tech China mengalami tantangan serius setelah sempat terjadi kericuhan dengan beberapa pegawai Foxconn di Zhengzhou akibat kebijakan lockdown pemerintah.

Diketahui wilayah ini adalah rumah bagi pabrik perakitan iPhone terbesar di dunia, yang dijalankan oleh Foxconn. Akibatnya, banyak pekerja meninggalkan pabrik tak lama setelah wabah mulai menyerang.

Saat ini, China juga harus mendapatkan pesaing sebagai homebased produksi rantai pasok Apple, yakni India. Diketahui Foxconn berencana memindahkan produksi komponen Apple ke India, meskipun tidak sepenuhnya.

Ketegangan perdagangan antara Beijing dan Washington, dan rantai pasok yang terhambat terkait kebijakan nol Covid menjadi akselerator pemindahan ini.

Foxconn Taiwan mengatakan pada 8 Desember bahwa anak perusahaannya di Singapura telah menginvestasikan USD500 juta terhadap perusahaan afiliasinya di India.

Mengutip Reuters, (11/12) Foxconn berencana melipatgandakan tenaga kerjanya di pabrik iPhone di India selama dua tahun. Peningkatan tenaga kerja di pabrik India selatan ini menjadi 70.000 dengan menambah 53.000 pekerja lagi selama dua tahun ke depan.

Disebutkan bahwa JPMorgan juga memperkirakan India dapat memproduksi satu dari empat iPhone pada 2025. Produksi tersebut diperkirakan akan menghasilkan pendapatan sebesar USD205 miliar untuk Apple atau berkontribusi sebesar 52% dari penjualan bersih perusahaan.

Secara keseluruhan, 2023 mungkin dimulai dengan lingkungan makro yang menantang di paruh pertama. Tetapi ada peluang sektor siklis (perusahaan yang memproduksi barang non pokok, atau kebutuhan sekunder dan tersier) yang terkait erat dengan pembukaan kembali China.

Di luar hal di atas, tekanan ekonomi yang meningkat juga mendorong pemerintah China untuk melunakkan peraturan mereka pada real estate dan platform internet. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement