Tak hanya terkait rantai pasokan global saja, pasar saham dunia awalnya menukik pada hari Senin setelah akhir pekan pertama protes pada 26 dan 27 November. Pada hari Selasa, kehadiran polisi besar-besaran di lokasi protes dan penangkapan awal pemrotes menyebabkan rebound pasar karena investor asing mengalir kembali ke pasar China.
Investor saat ini telah mengalihkan sedikit perhatiannya terkait protes lanjutan. Namun, para investor optimis bahwa China akan dipaksa untuk mengubah arah kebihakan dan membuka ekonomi lagi melihat banyaknya aksi protes.
Pelonggarakan kebijakan pun sudah mulai terlihat, dimana Wakil Perdana Menteri Sun Chunalan beberapa waktu lalu mengatakan iterasi virus saat ini Sudah mulai berkurang. Namun, investor yang antusias, berisiko mengabaikan tantangan jangka panjang dari budaya politik China saat ini, ekonomi domestik, dan prospek bisnis internasional.
Inti dari budaya politik kontemporer di China adalah kelangsungan hidup rezim. Xi ingin China menjadi kaya dan berkuasa, tetapi percaya mengendalikan politik dalam negeri dan mengatasi tantangan geopolitik adalah hal yang paling penting.
Ekonomi berada di urutan kedua setelah keamanan, pandangan yang telah diungkapkan Xi berkali-kali dan diulangi di Kongres Partai pada Oktober. Investor internasional perlu menyadari hal ini karena ekonomi dan politik domestik China mempengaruhi perusahaan internasional yang terlibat dengan negara tersebut, serta pasar global.
Jadi penting bagi investor dan bisnis untuk mencatat bahwa China tidak siap menghadapi lonjakan infeksi COVID. Hanya dua pertiga dari usia di atas 60-an yang telah mendapatkan vaksinasi booster ketiga, meskipun pemerintah ingin meningkatkan ini. Namun, jika China membuka ekonominya lagi, maka kasus harian Covid-19 akan meningkat. Hal tersebut dapat terjadi lantaran system kesehatan di China yang kurang mumpuni, dimana tempat tidur di ICU yang tidak memcukupi.