Justru menurutnya, menjadi lebih berisiko jika tidak ada peran pemerintah ketika perusahaan asal Singapura, Grab, menjadi semakin besar lewat akuisisi GOTO di Indonesia. Sebab peluang intervensi pemerintah bakal semakin sempit jika kedua perusahaan tersebut melakukan ekspansi pasca merger di kemudian hari.
"Kalau mereka (Grab - GOTO) nanti misalnya melakukan aksi korporasi dengan merger dan lain-lain, mungkin Danantara berpikir ini menjadi sangat berbahaya. Karena mereka (GOTO) akan menjadi representasi negara bagaimana mengawal supaya ekosistem digital nasionalnya juga bisa tetap terjaga ya, kalau Danantara juga hadir di sana," kata Toto.
(kunthi fahmar sandy)