"Ini secara global sangat sulit mendapatkannya, diproduksi perusahaan Roche di Swiss. Kami juga sudah bicara dengan CEO Roche dan memang diakui ada global suplai yang ketat sehingga dengan stok yang ada sekarang masih jauh dari yang kita butuhkan," terang Budi.
Tak tinggal diam, Budi mengatakan bahwa pemerintah mencari alternatif obat yang mirip dengan Actemra dari Amerika Serikat. Kebetulan ketika gelombang pertama pandemi corona, negeri Paman Sam itu memiliki stok obat cukup banyak.
"Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita bisa membawa ke Indoensia obat alternatif yang mirip dengan Actemra," ucapnya.
Budi juga mengungkapkan bahwa Indonesia mencari obat IVIG (intravenous immunoglobulin therapy) dengan merk dagang Gammaraas.
"Kita juga cari obat yang namanya Gammaraas, itu merek dagang dari kategori obat yang dikenal dengan grup IVIG ada di Cina, kita juga butuh cukup banyak dan sekarang kita sudah bisa mendatangkan 30 ribu vial tapi kita butuh lebih banyak dan dibantu Kemlu kita terus melakukan lobi-lobi dengan pemerintah Cina. Jadi tiga obat impor itu yang terus kita kejar agar bisa memenuhi kebutuhan di dalam negeri," pungkas Budi. (TYO)