Raja Arab Saudi, Salman Bin Abdulaziz, memerintahkan alokasi “untuk melindungi keluarga penerima manfaat dari dampak dan kenaikan harga global,” laporan SPA dilansir dari yahoo.com pada Selasa (5/7/2022).
Keputusan tersebut menunjukkan negara pengekspor minyak terbesar berada dalam jalur untuk surplus anggaran pertamanya dalam hampir satu dekade. Sehingga kemungkinan bersedia untuk melonggarkan kebijakan fiskal, meskipun tidak jelas apakah dana tersebut mewakili pengeluaran tambahan.
Hingga saat ini, kerajaan telah mengambil pendekatan pengeluaran yang lebih konservatif, berjanji untuk menunggu hingga akhir tahun dan baru kemudian mendistribusikan rezeki nomplok minyak yang diperoleh berkat lonjakan harga minyak mentah.
Sementara inflasi telah mencapai tingkat yang tidak terlihat dalam beberapa dekade di beberapa bagian dunia. Kenaikan harga di Arab Saudi kurang intens, namun sebagian karena efek pajak pertambahan nilai yang naik tiga kali lipat pada tahun 2020 dan pembatasan harga bahan bakar domestik yang diperkenalkan tahun lalu.
Sementara itu, Malaysia pada bulan lalu mengumumkan rencana untuk memberikan bantuan langsung kepada rumah tangga berpenghasilan rendah, mengikuti jejak negara tetangga Singapura dalam mencoba mengurangi pukulan dari lonjakan inflasi pada kelompok yang paling rentan.
(FRI)