Sejalan dengan China, negara-negara Uni Eropa (UE) lainnya masih mengimpor bahan bakar fosil senilai USD18,4 miliar (Rp285 triliun) dengan perbandingan 60/40 untuk gas alam dan minyak mentah.
Setelah China dan UE, India mengimpor minyak mentah dalam jumlah besar setelah meningkatkan impor minyak sebesar 10 kali lipat sebelum invasi Rusia ke Ukraina, sebagian besar disebabkan oleh diskon minyak Rusia.
Selain tiga negara di atas, Turki menjadi negara lainnya yang mengimpor bahan bakar fosil Rusia senilai lebih dari USD10 miliar atau sama dengan Rp155 triliun pada 2023. Dan sejumlah negara lain mengimpor bahan bakar dari Rusia senilai kurang dari USD3 miliar (Rp46,5 triliun) pada tahun ini.
Meskipun minyak mentah merupakan ekspor bahan bakar fosil utama Rusia, minyak mentah Ural di negara tersebut diperdagangkan dengan diskon USD20 per barel dibandingkan minyak mentah Brent sepanjang 2023.
Kendati diskon ini telah menyempit menjadi sekitar USD16 menyusul pengumuman Rusia mengenai pengurangan ekspor minyak lebih lanjut sebesar 500.000 barel per hari, harga minyak mentah Ural hanya 40 sen di bawah batas harga USD60 yang diberlakukan oleh negara-negara G7 dan UE.