IDXChannel – Rusia, sebagai salah satu produsen dan pengekspor minyak mentah terbesar dunia, memiliki sejumlah pelanggan tetap sebagai importir. China setia menjadi importir bahan bakar fosil utama Rusia, dengan impor mencapai USD30 miliar pada 2023.
Banyak negara terus mengimpor bahan bakar fosil senilai jutaan dolar per hari dari Rusia, meskipun pendapatan Rusia dari ekspor bahan bakar fosil telah menurun secara signifikan sejak puncaknya pada Maret 2022.
Siapa saja yang saat ini menjadi importir minyak mentah Rusia? Berikut sejumlah negara importir terbesar minyak mentah dari Negara Beruang Merah tersebut. (Lihat tabel di bawah.)
Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) melaporkan data negara-negara pengimpor bahan bakar fosil terbesar dari Rusia sepanjang tahun ini. China terus menjadi pembeli bahan bakar fosil terbesar di Rusia, dengan impor mencapai USD30 miliar atau setara dengan Rp465 triliun per 16 Juni 2023 (kurs Rp15.500 per dolar), dikutip dari Visual Capitalist, Kamis (5/10/2023).
Karena minyak mentah membentuk hampir 80 persen impor bahan bakar China, pendapatan harian rata-rata Rusia dari impor bahan bakar fosil China telah menurun dari USD 210 juta pada 2022 menjadi USD178 juta atau senilai Rp2,7 triliun pada 2023. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah Rusia.
Sejalan dengan China, negara-negara Uni Eropa (UE) lainnya masih mengimpor bahan bakar fosil senilai USD18,4 miliar (Rp285 triliun) dengan perbandingan 60/40 untuk gas alam dan minyak mentah.
Setelah China dan UE, India mengimpor minyak mentah dalam jumlah besar setelah meningkatkan impor minyak sebesar 10 kali lipat sebelum invasi Rusia ke Ukraina, sebagian besar disebabkan oleh diskon minyak Rusia.
Selain tiga negara di atas, Turki menjadi negara lainnya yang mengimpor bahan bakar fosil Rusia senilai lebih dari USD10 miliar atau sama dengan Rp155 triliun pada 2023. Dan sejumlah negara lain mengimpor bahan bakar dari Rusia senilai kurang dari USD3 miliar (Rp46,5 triliun) pada tahun ini.
Meskipun minyak mentah merupakan ekspor bahan bakar fosil utama Rusia, minyak mentah Ural di negara tersebut diperdagangkan dengan diskon USD20 per barel dibandingkan minyak mentah Brent sepanjang 2023.
Kendati diskon ini telah menyempit menjadi sekitar USD16 menyusul pengumuman Rusia mengenai pengurangan ekspor minyak lebih lanjut sebesar 500.000 barel per hari, harga minyak mentah Ural hanya 40 sen di bawah batas harga USD60 yang diberlakukan oleh negara-negara G7 dan UE.
Bersamaan dengan Rusia, Arab Saudi juga mengumumkan akan memperpanjang pengurangan produksi sebesar 1 juta barel per hari hingga akhir Agustus. Menteri Energi Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman mengomentari solidaritas negaranya dengan Rusia dan mengatakan pihaknya akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mendukung pasar minyak.
Walaupun pemotongan produksi oleh negara-negara OPEC dan OPEC+ merupakan upaya untuk menaikkan harga minyak mentah, peningkatan produksi dari AS telah mengatasi hal ini. EIA memperkirakan produksi AS pada 2023 sebesar 12,6 juta barel per hari, melampaui produksi tertinggi pada 2019 sebesar 12,3 juta barel per hari. (ADF)