"Yang pertama adalah dukungan moral, seperti misalnya kecaman terhadap aksi Rusia, kami tidak melihat kata-kata yang kuat dari pemerintah. Pernyataan yang diterbitkan di laman Kemenlu, menurut saya, sedikit lemah, karena kata-kata seperti "hentikan perang", "kami mau kedamaian dan stabilitas", itu sama persis dengan omongan Vladimir Putin," tegas Vasyl.
Dia mengungkapkan bahwa seharusnya siapa nama agresor dalam konflik ini, entah itu Putin atau Rusia, disebutkan dan dikecam. Kedua, Ukraina berharap adanya bantuan kemanusiaan dari Indonesia.
"Ukraina butuh bantuan kemanusiaan, dan sudah dikirimkan dari Eropa, tapi masih kami butuh banyak. Khususnya medis, karena apapun yang terkait dengan rumah sakit dan obat-obatan. Seperti misalnya putri saya di Ukraina beberapa hari lalu terkena pneumonia, dan dia bersama istri saya tidak bisa menemukan antibiotik karena semua apotik dan penyedia obat tutup, dan ada kendala pengiriman dari gudang farmasi karena situasi perang," jelas Vasyl.
Dia mengatakan, jika memang Indonesia tidak bisa menyumbangkan perlengkapan dan peralatan militer, Ukraina berharap akan perlengkapan untuk sipil. "Apapun, bahkan selimut, karena temperatur di sana itu 0 derajat Celcius, dan rumah-rumah warga di sana hancur, mereka hanya tinggal di tenda-tenda," ungkapnya. (RAMA)