IDXChannel - Industri minyak dan gas bumi merupakan industri yang memerlukan modal besar, teknologi canggih dan resiko tinggi. Hal ini harus disadari oleh industri penunjang nasional karena ada standar dan spesifikasi internasional yang harus dipenuhi.
"Kita tahu migas itu heavy capital, heavy risk. Orang akan berhitung untuk berinvestasi. Karena itu, supaya (industri penunjang migas) berkembang, perlu keterbukaan dan partnership. Tidak bisa industri kecil itu berdiri sendiri karena yang sulit di industri migas itu adanya standarisasi, spesifikasi yang sesuai internasional. Kita bisa membuat mur, baut, tapi harus berstandar internasional," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji dikutip dari laman resmi Ditjen Migas, Sabtu (23/10/2021).
Tutuka mengatakan, pemerintah terus mengupayakan peningkatan kemampuan produsen dalam negeri melalui kolaborasi dan sinergi antara seluruh pemangku kepentingan dalam memastikan produk dalam negeri mampu memenuhi spesifikasi, mutu dan kebutuhan kegiatan operasi hulu migas.
Dia mengakui bukan hal yang mudah bagi industri penunjang migas nasional agar produknya mampu bersaing dengan barang dan jasa impor. Ini dapat dipahami karena KKKS tidak dapat menerima atau menggunakan barang dan jasa dalam negeri yang belum teruji. Namun demikian, melalui sinergi dengan berbagai pihak, dia optimis industri dalam negeri akan mampu meningkatkan kualitasnya, harga yang kompetitif dan penyelesaian yang tepat waktu.
"Di industri migas ini, tidak ada KKKS yang langsung terima produk kita tanpa ada spesifikasi yang sudah terbukti cukup lama dipakai. Tidak ada coba-coba untuk peralatan seperti itu. Harus teruji dulu dan itu bisa dicapai dengan partnership. Harus komunikasi dengan KKKS," ungkap Tutuka.