"Jadi terkait dengan BBM bersulfur rendah ini tinggal kita tunggu info lebih detil lagi, seperti berapa kandungan sulfurnya, berapa harganya, apakah seratus persen produk domestik atau impor, berapa tingkat TKDN-nya, dan lainnya. Kalau dimaksudkan untuk mengganti BBM bersubsidi, maka itu bukan lagi aksi korporasi, karena terkait dengan banyak hal di luar kewenangan korporasi, tapi sudah masuk ranah kebijakan Pemerintah," ujar Mulyanto.
Sebagai informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana meluncurkan BBM jenis baru pada bulan Agustus 2024.
Diperkirakan BBM tersebut kandungan sulfurnya sesuai dengan standar Euro 4, yaitu sebesar 50 ppm, berbeda dengan bahan bakar yang ada sekarang yang kandungan sulfurnya cukup tinggi mencapai 2.500 ppm. (TSA)