Dalam kerangka CPP, Bapanas menilai program Makan Bergizi Gratis yang menjadi bagian dari solusi mengatasi kerawanan gizi, terutama di wilayah yang memiliki indeks ketahanan pangan rendah. Program ini tidak hanya mengutamakan pemenuhan asupan gizi seimbang tetapi juga mendorong peningkatan konsumsi pangan lokal, seperti ubi, sagu, dan ikan lokal, sesuai dengan potensi daerah masing-masing.
“Kearifan lokal perlu dioptimalkan agar setiap daerah bisa mengembangkan pangan unggulan yang sesuai, sehingga tidak tergantung pada bahan pangan yang didatangkan dari luar wilayah,” kata Nita.
Di sisi lain, Nita menggarisbawahi pentingnya edukasi konsumsi pangan lokal untuk meningkatkan ketahanan pangan berkelanjutan. Bapanas mendorong gerakan konsumsi pangan bergizi seimbang dan aman di masyarakat, terutama melalui program edukasi bagi pelajar yang kini telah mencapai lebih dari 90 sekolah di 30 kabupaten/kota.
Salah satunya melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) dan Gerakan Stop Boros Pangan, sebagai ajakan bagi masyarakat untuk mengurangi food waste, sekaligus mengedukasi tentang pentingnya pola konsumsi yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA).
"Kedua inisiatif ini merupakan bagian dari upaya besar untuk menjaga ketahanan pangan dan menekan angka kerawanan pangan," ujar dia.
Dengan kebijakan cadangan pangan yang strategis, dukungan anggaran, dan kolaborasi antara berbagai pihak, pemerintah optimistis Indonesia dapat mencapai ketahanan pangan berkelanjutan serta mewujudkan kemandirian pangan di masa mendatang.
(Febrina Ratna)