Eropa yang terpukul keras oleh melonjaknya harga energi, kemungkinan besar akan mengalami resesi, yang oleh kebijaksanaan konvensional didefinisikan sebagai penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut.
Bagaimanapun, China tampaknya dalam kondisi yang lebih buruk. Hal ini dikarenakan China memiliki masalah yang sama dengan Eropa, ditambah sektor properti yang runtuh dan kasus Covid-19 yang melonjak, karena keputusan pemerintah China baru-baru ini untuk membuka kembali ekonomi tanpa dorongan vaksinasi yang memadai.
Sementara pertumbuhan China tahun depan diperkirakan akan jauh lebih lambat daripada kecepatan historis yang biasa dialaminya selama empat dekade terakhir, kecil kemungkinan PDB-nya akan berkontraksi selama dua kuartal.
Selain itu, menurut Frankel, kesengsaraan ekonomi yang dialami banyak negara saat ini disebabkan oleh negara itu sendiri, karena kesalahan kebijakan yang berbahaya seperti yang dapat diprediksi.
Seperti yang terjadi antara tahun 2011 dan 2021, misalnya. Pada saat itu, Eropa semakin memperdalam ketergantungannya pada gas alam Rusia, membuatnya sangat rentan ketika Kremlin melancarkan perangnya melawan Ukraina.