Bhima menyatakan bahwa kenaikan harga BBM subsidi ini akan memberikan ancaman naiknya inflasi yang signifikan tanpa dibarengi dengan kesempatan kerja. Karena BBM bukan sekedar harga energi dan spesifik biaya transportasi kendaraan pribadi yang naik, tapi juga ke hampir semua sektor terdampak.
"Misalnya harga pengiriman bahan pangan akan naik disaat yang bersamaan pelaku sektor pertanian mengeluh biaya input produksi yang mahal, terutama pupuk," ungkap Bhima.
Bhima juga memprediksi bahwa inflasi pangan kembali menyentuh dobel digit atau diatas 10 persen per tahun pada September 2022 ini. Sementara inflasi umum diperkirakan menembus di level 7 hingga 7,5 persen hingga akhir tahun dan memicu kenaikan suku bunga secara agresif.
"Konsumen ibaratnya akan jatuh tertimpa tangga berkali kali, belum sembuh pendapatan dari pandemi, kini sudah dihadapkan pada naiknya biaya hidup dan suku bunga pinjaman," papar Bhima.
Seperti yang diketahui, harga Pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter. Sedangkan harga Solar naik dari dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter. Harga Pertamax non subsidi juga naik menjadi Rp14.500 dari sebelumnya Rp12.500. (TSA)