sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ekonomi RI Berpotensi Tumbuh hingga 8,2 Persen pada 2025-2029, Asalkan Begini

Economics editor Binti Mufarida
19/12/2024 16:45 WIB
BRIN menyatakan, ekonomi Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh hingga 8,2 persen per tahun pada periode 2025-2029.
Ekonomi RI Berpotensi Tumbuh hingga 8,2 Persen pada 2025-2029, Asalkan Begini. (Foto MNC Media)
Ekonomi RI Berpotensi Tumbuh hingga 8,2 Persen pada 2025-2029, Asalkan Begini. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan, ekonomi Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh hingga 8,2 persen per tahun pada periode 2025-2029.

Peneliti Utama BRIN Erizal Jamal mengungkapkan, potensi pertumbuhan ekonomi ini berdasarkan kajian komprehensif yang dilakukan oleh tim Foresight and Metrics to Accelerate Food, Land, and Water System Transformation, yang melibatkan BRIN, IPB University, dan Bappenas, serta didukung oleh IFPRI dan Alliance Bioversity International and CIAT.

“Kajian kami menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025-2029 dapat mencapai rentang 5,4 hingga 8,2 persen per tahun, dengan catatan bahwa ada dukungan kebijakan yang konsisten, terutama dalam pengembangan inovasi dan teknologi di sektor-sektor strategis,” ujarnya dalam keterangannya, Kamis (19/12/2024).

Kajian ini mengintegrasikan pendekatan Dynamic Economy-Wide Model for Indonesia (DEWI) berbasis Computable General Equilibrium (CGE) untuk memproyeksikan potensi pertumbuhan ekonomi. Fokus kajian mencakup intensifikasi, ekstensifikasi, serta pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan produktivitas sektor pertanian.

Menurut Erizal, transformasi sistem pangan dan pertanian menjadi kunci utama untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2028-2029, sekaligus mendukung visi Indonesia Emas 2045.

“Untuk mencapai hal ini, sektor pertanian kita harus tumbuh minimal 5,8 persen per tahun, atau tiga kali lipat dari pertumbuhan saat ini,” kata dia.

Indonesia, kata Erizal, pernah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen pada beberapa periode, seperti 1973, 1977, 1980, dan 1995. Pertumbuhan tersebut didukung oleh berbagai faktor, termasuk booming harga minyak bumi pada 1970-an dan peningkatan produktivitas sektor industri serta pertanian pada dekade berikutnya.

Namun, Erizal menegaskan, saat ini Indonesia harus belajar dari pengalaman negara lain, seperti China dan Vietnam, yang berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi melalui peningkatan Total Factor Productivity (TFP).

“China, misalnya, mencatat pertumbuhan TFP pertanian hingga 4-5 persen per tahun pada 1998-2007, sementara Indonesia hanya di angka 1-2 persen. Kita perlu fokus pada inovasi dan efisiensi, terutama di sektor pertanian,” ujarnya.

Erizal juga menyoroti pentingnya efisiensi investasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. “China memiliki ICOR di bawah 5, sedangkan ICOR Indonesia berada di angka 6,2. Ini menunjukkan perlunya reformasi kebijakan untuk meningkatkan efektivitas investasi,” kata dia.

Transformasi sektor pangan, kata Erizal, harus dimulai dari komoditas utama seperti beras untuk mendukung swasembada pangan, kemudian dilanjutkan dengan pengembangan komoditas bernilai ekonomi tinggi lainnya.

“Langkah ini perlu didukung oleh penguatan riset dan pengembangan (R&D), peningkatan kapasitas peneliti, dan penyebaran teknologi secara masif,” ujarnya. 

Dengan langkah strategis yang terintegrasi, Indonesia diharapkan mampu keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle-income trap) dan mencapai visi Indonesia Emas 2045.

“Kami optimistis dengan kebijakan yang tepat, target pertumbuhan ekonomi 8 persen dapat tercapai,” kata Erizal.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement