IDXChannel - Perekonomian Indonesia diramalkan hanya tumbuh 4,93 persen dibanding tahun sebelumnya pada kuartal April-Juni berdasarkan proyeksi Reuters, Jumat (4/8/2023).
Jika prediksi ini tepat, ini akan menjadi pertumbuhan ekonomi paling lambat sejak kuartal ketiga 2021.
Menurut perkiraan rata-rata dari 22 ekonom yang disurvei oleh Reuters, kondisi ini disinyalir karena melemahnya permintaan global untuk ekspor,
Secara kuartal-ke-kuartal, ekonomi RI diharapkan tumbuh 3,72 persen pada kuartal Juni.
Pada kuartal Januari-Maret, ekonomi tumbuh 5,03 persen dari tahun lalu tetapi melaporkan kontraksi secara kuartalan.
Data produk domestik bruto (PDB) RI akan dipublikasikan pada 7 Agustus mendatang.
Lambatnya Permintaan Komoditas Global
Meski mencatat surplus perdagangan yang besar pada Juni, surplus paruh pertama 2023 yang dinikmati Indonesia masih di bawah surplus tahun lalu.
Angka ekspor RI juga melambat, dengan turunnya harga minyak kelapa sawit dan komoditas lain yang merupakan menjadi tulang punggung ekspor RI selama ini.
Harga minyak kelapa sawit memang terpantau terus mengalami penurunan. Data terbaru Trading Economics menunjukkan minyak kelapa sawit turun 326 MYR/MT atau 7,81 persen sejak awal 2023, data perdagangan contract for difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini.
Nilai ekspor Indonesia Juni 2023 mencapai USD20,61 miliar atau turun 5,08 persen dibanding ekspor Mei 2023. Sementara dibanding Juni 2022 nilai ekspor turun sebesar 21,18 persen.
Ekspor nonmigas Juni 2023 juga turun 5,17 persen dibanding Mei 2023 mencapai USD19,34 miliar dan turun 21,33 persen secara tahunan dibandingkan Juni 2022.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Juni 2023 mencapai USD128,66 miliar atau turun 8,86 persen dibanding periode yang sama 2022. Sementara ekspor nonmigas mencapai USD120,82 miliar atau turun 9,32 persen.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas Juni 2023 terhadap Mei 2023 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar USD441,3 juta atau 11,54 persen. Adapun peningkatan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewani/nabati sebesar USD834,9 juta atau mencapai 43,68 persen.
Survei Reuters juga menunjukkan Pertumbuhan PDB Indonesia diperkirakan rata-rata 4,9 persen tahun ini dan dalam perkiraan Bank Indonesia PDB akan tumbuh di kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen untuk kemudian naik sedikit menjadi 5,0 persen pada 2024.
"Aktivitas ekonomi mulai normal setelah pulih dari kontraksi pandemi yang tajam, namun, pertumbuhan tinggi yang dicatat dari basis rendah tidak akan berkelanjutan karena ekonomi bergerak kembali mendekati tren pra-pandemi. Perekonomian Indonesia baru saja tumbuh 5 persen yoy secara berkelanjutan sebelum pandemi, dan fase pemulihan pasca pandemi terbukti tidak mampu mendorong perekonomian jauh melampaui ambang batas tersebut. Menurut kami, tingkat itu jauh di bawah yang dibutuhkan,” kata Kunal Kundu, ekonom di Societe Generale dikutip Reuters Jumat (4/8/2023). (ADF)