Sementara itu, analis utama untuk penelitian batu bara Asia Pasifik di Wood Mackenzie, Rory Simington, memandang larangan ini sebenarnya bisa dihindari. Hal itu bisa dilakukan jika koordinasi bisa berjalan dengan baik dalam memenuhi kepentingan dalam negeri (DMO).
"Penghentian ekspor Indonesia akan berdampak besar pada pasar batu bara termal tetapi larangan total untuk Januari tidak perlu dan tidak mungkin diterapkan dalam pandangan kami," ujar Simington.
Sebelum pelarangan ini resmi dilaksanakan selama satu bulan penuh, Simington memprediksi akan terjadi pengiriman 40 juta ton batu bara dari Indonesia. Di mana permintaan fdomestik sendiri hanya berkisar 12 juta ton saja.
“Kami memperkirakan 40 juta ton ekspor Indonesia pada Januari dan total permintaan domestik berada di kisaran 12 juta ton; mengatasi kekurangan apa pun hanya membutuhkan sebagian kecil dari total kapasitas,” tambahnya.
Sementara dalam perdagangan batu bara di China, konsumen bahan bakar terbesar di dunia, melonjak pada Selasa lalu sebagai bentuk kekhawatiran publik terhadap larangan ekspor yang dapat mengancam keamanan energi di beberapa ekonomi terbesar dunia.