Di lain sisi, Erick khawatir 17,5 juta pekerja justru merupakan tenaga kerja asing. Kekhawatiran itu didasarkan pada sejumlah posisi di perusahaan rintisan atau startup di Indonesia yang didominasi perja luar.
"Tadi saya bilang 17,5 juta yang akan diciptakan itu akan diisi orang lain, kenapa? Realitanya sudah terjadi saat ini, kita banyak startup, itu makanya saya tegur startup-startup itu, ketika jadi besar dia outsource ke India ke Rusia, mereka sulit mendapatkan di sini yang namanya data scientist, Indonesia paling ada 12 orang dan semuanya dibawa ke Singapura, gajinya lebih besar, data scientist kita kurang," JELAS Erick.
(IND)