sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Era Suku Bunga Tinggi, Pasar Properti Asia-Pasifik Terguncang Jelang Akhir 2023

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
12/12/2023 15:44 WIB
Investasi properti yang melibatkan gedung perkantoran, mal, dan aset komersial lainnya terpantau lesu di kawasan Asia Pasifik memasuki kuartal III-2023.
Era Suku Bunga Tinggi, Pasar Properti Asia-Pasifik Terguncang Jelang Akhir 2023. (Foto: MNC Media)
Era Suku Bunga Tinggi, Pasar Properti Asia-Pasifik Terguncang Jelang Akhir 2023. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Investasi properti yang melibatkan gedung perkantoran, mal, dan aset komersial lainnya terpantau lesu di kawasan Asia Pasifik memasuki kuartal III-2023.

Hal tersebut terjadi di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga dan gejolak geopolitik yang mengancam pertumbuhan global.

Melansir Nikkei Asia Review, (11/12/2023) laporan perusahaan real estat komersial dan manajemen investasi JLL pada November 2023. Kondisi ini menunjukkan bahwa aktivitas investasi real estat komersial di kawasan Asia-Pasifik turun 22 persen dari tahun ke tahun (yoy) pada periode Juli hingga September.

Ini mewakili total kuartalan terendah sejak periode kuartal kedua pada 2010.

Penyedia data pasar MSCI Real Assets juga melaporkan transaksi properti komersial di Asia-Pasifik turun 37 persen dibandingkan dengan kuartal ketiga 2022. Ini juga menandai penurunan kuartal keenam berturut-turut dari tahun ke tahun.

“Narasi suku bunga 'lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama' yang muncul baru-baru ini menghancurkan harapan pemulihan yang lebih awal. Menjelang penurunan ini, Asia-Pasifik tertinggal dari negara-negara lain di dunia dalam hal penemuan harga. Namun prospek kuartal ketiga yang lebih suram tampaknya telah memberikan dorongan pada ekspektasi harga, dengan koreksi lebih lanjut di banyak sektor utama di kawasan ini,” kata Benjamin Chow, kepala penelitian aset riil Asia di MSCI.

MSCI melacak properti komersial dan portofolio bernilai USD10 juta atau lebih, sementara JLL memantau nilai kesepakatan di atas USD5 juta. Hasil amatan kedua perusahaan tersebut menunjukkan perlambatan dalam transaksi real estat dari Singapura hingga Korea Selatan.

Laporan tersebut juga menyoroti lemahnya selera risiko di kalangan investor dan terbatasnya ekspektasi penurunan suku bunga pada semester pertama tahun depan. Ini merupakan faktor-faktor yang meningkatkan tekanan bagi investor di sebagian besar pasar Asia-Pasifik untuk melepas aset dibandingkan membelinya.

Sektor Properti Komersial RI Ikut Terdampak

Laporan JLL menunjukkan bahwa selama kuartal ketiga tahun ini, Korea Selatan mencatat transaksi investasi properti senilai USD4,2 miliar, turun 35 persen pada tahun ini. Dengan investor institusi dalam negeri secara selektif meninjau aset-aset perkantoran.

Di Singapura, volume investasi properti komersial turun 11 persen dibandingkan tahun lalu menjadi USD2 miliar pada periode yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut membebani permintaan sewa kantor utama.

Sementara Indonesia juga mencatatkan volume pertumbuhan investasi properti komersial terlemah di banding sejumlah negara seperti China, Korea Selatan hingga Taiwan. (Lihat grafik di bawah ini.)

“Tingginya biaya utang, terutama suku bunga yang lebih tinggi, akan mengikis imbal hasil yang disesuaikan dengan risiko bagi sebagian investor, yang merasa lebih sulit untuk menjamin kesepakatan,” kata Pamela Ambler, kepala intelijen investor untuk Asia-Pasifik di JLL.

Pangsa akuisisi di Asia-Pasifik oleh investor global juga mendekati titik terendah sepanjang masa, yakni sebesar 6 persen.

“Tantangan perlambatan ekonomi, khususnya melemahnya permintaan global dan melemahnya ekonomi China dan mitra dagang lainnya juga dapat menghalangi minat investor terhadap real estat sampai batas tertentu,” tambahnya.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement