sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Era Suku Bunga Tinggi, Pasar Properti Asia-Pasifik Terguncang Jelang Akhir 2023

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
12/12/2023 15:44 WIB
Investasi properti yang melibatkan gedung perkantoran, mal, dan aset komersial lainnya terpantau lesu di kawasan Asia Pasifik memasuki kuartal III-2023.
Era Suku Bunga Tinggi, Pasar Properti Asia-Pasifik Terguncang Jelang Akhir 2023. (Foto: MNC Media)
Era Suku Bunga Tinggi, Pasar Properti Asia-Pasifik Terguncang Jelang Akhir 2023. (Foto: MNC Media)

Bisnis Properti India Moncer

Para pengamat pasar juga telah memperhatikan beberapa titik terang di pasar Asia Selatan yang dipenuhi ketidakpastian.

Menurut Ambler, perekonomian Asia Selatan adalah penerima manfaat besar dari tren penghindaran risiko saat ini, dimana investor global mengurangi eksposur mereka ke China untuk membangun rantai pasokan yang tangguh di seluruh wilayah.

Fundamental ekonomi India yang kuat menarik investor asing untuk berinvestasi di perkantoran, fasilitas manufaktur, dan proyek infrastruktur.

“India memiliki niat membeli yang lebih kuat, sementara suku bunga Jepang yang rendah masih menarik modal internasional,” kata Chin dari CBRE.

Mengenai Jepang, Ambler menunjukkan bagaimana di dalam negeri, lingkungan suku bunga rendah, yang disebutnya sebagai "anomali global," menawarkan peluang lindung nilai mata uang untuk investasi real estat.

MSCI Real Assets, dalam laporan November juga mengatakan Jepang adalah pasar real estat komersial terbesar di Asia-Pasifik selama sembilan bulan pertama tahun ini baik dari segi volume kesepakatan maupun jumlah kesepakatan.

Dengan kesepakatan industri senilai USD1,9 miliar pada kuartal ketiga mendorong tahun- investasi hingga saat ini mencapai USD6 miliar, sebuah rekor dalam sembilan bulan sejak MSCI mulai mengumpulkan data pada 2007.

Sementara itu, India mencatatkan kenaikan volume yang dibantu oleh penjualan 50 persen saham portofolio perkantoran oleh Brookfield India Real Estate Trust kepada dana kekayaan negara Singapura, GIC, senilai USD683 juta.

MSCI mencatat bahwa volume investasi pasar Asia Selatan pada kuartal ketiga tahun ini lebih tinggi 50 persen dibandingkan rata-rata lima tahun pada kuartal yang sama sebelum pandemi COVID-19.

Ke depan, manajer investasi Colliers termasuk di antara segelintir analis di industri yang memperkirakan transaksi properti komersial akan terus meningkat di Asia-Pasifik tahun depan. Ini karena kesenjangan antara pembeli dan penjual yang menyempit dan semakin banyak investor yang bergerak untuk mengerahkan modal untuk sektor properti. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement