Lalu, Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), yang juga dianggap sukses. Kemudian, Qatar Investment Authority (QIA).
Menurutnya, Danantara bisa melakukan studi percontohan alias benchmarking ke negara-negara yang dinilai berhasil mengelola Sovereign Wealth Fund mereka.
“Kita harus berani membuka diri benchmarking mana yang tidak bagus, mana yang bagus/ Masa kita bikin Sovereign Wealth Fund yang segede ini, yang nomor 7 atau nomor 8, benchmarking-nya yang enggak bagus, berarti ya sama aja setback (kemunduran),” tuturnya.
Lebih lanjut, Erick menyebut pemerintah bakal mencontoh SWF yang memiliki kerja bagus. Selain itu, dia memastikan dana yang dimasukan ke dalam Danantara tidak berasal dari dana masyarakat yang ada di bank milik negara, melainkan dari dividen BUMN.
“Bukan sepertinya uang masyarakat diambil dari bank yang diinvestasi, bukan. Ini uang dividen (BUMN) yang dimasukkan ke investasi. Ini supaya jangan kita berargumentatif,” tuturnya.
(Febrina Ratna Iskana)