"Tapi memang juga harus ada roadmap kapan bisa diproduksi di dalam negeri hingga kita bisa menggunakannya semaksimal mungkin. Prioritas pokoknya untuk apa yang tersedia di dalam negeri. Tapi memang baterainya yang gak ada, converter nya ada, motornya juga bisa," tuturnya.
Arifin pun mengungkapkan, realisasi konversi motor listrik yang masih minim ini yang kemudian menjadi penyebab realisasi penyerapan anggaran Kementerian ESDM masih rendah menjelang akhir tahun ini.
Adapun hingga 18 November 2023, realisasi anggaran Kementerian ESDM baru mencapai 59,03 persen dan masih terdapat deviasi -5,08 persen.
“Realisasi masih rendah terutama disebabkan kegiatan insentif konversi motor BBM ke listrik, di mana minat masyarakat masih rendah,” tukasnya.
(SLF)