sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Exploitasi Energi (CNKO) Mulai Jajaki Peluang Bisnis EBT

Economics editor Dinar Fitra Maghiszha
15/07/2022 15:45 WIB
CNKO menjajaki peluang bisnis energi baru terbarukan (EBT) sebagai bagian dari transformasi perusahaan di masa depan.
CNKO menjajaki peluang bisnis energi baru terbarukan (EBT) sebagai bagian dari transformasi perusahaan di masa depan.
CNKO menjajaki peluang bisnis energi baru terbarukan (EBT) sebagai bagian dari transformasi perusahaan di masa depan.

IDXChannel - PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) menjajaki peluang bisnis energi baru terbarukan (EBT) sebagai bagian dari transformasi perusahaan di masa depan.

Direktur Exploitasi Energi Indonesia, Erry Indriyana mengatakan perseroan saat ini tengah mempelajari potensi tersebut menyusul tren peralihan energi dari fosil ke EBT.

"Seluruh dunia sudah menyatakan bahwa energi fosil atau batu bara memang tingkat polusinya sangat tinggi. Ada beberapa pembangkit EBT yang dapat dikembangkan antara lain hidro, surya, biomassa, dan angin," kata Erry dalam paparan publik, dikutip Jumat (15/7/2022).

Secara umum CNKO menjalankan usaha di bidang pertambangan dan perdagangan batu bara. Perusahaan juga merupakan salah satu pemasok batu bara ke Perusahaan Listrik Negara (PLN), melalui 7 kontrak jangka panjang dengan volume dua juta ton per tahun.

Artinya, kinerja keuangan perseroan masih bergantung dengan penjualan batu bara, selain mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uang (PLTU) milik sendiri di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, yang memiliki kapasitas produksi 2x7 MW.

"Untuk saat ini perseroan tetap fokus di dalam negeri. Perseroan berupaya menambah volume pasokan ke PLN serta terus memperluas pasar domestik," tambah Erry.

Kinerja keuangan kuartal I-2022 menunjukkan CNKO mampu mengantongi pemasukan dari penjualan batu bara sebesar Rp339,37 miliar. Realisasi itu tumbuh 24,55% dibandingkan periode sama tahun 2021 senilai Rp272,47 miliar.

Sayangnya, serangkaian beban yang membengkak membuat perseroan masih membukukan rugi sebesar Rp10,58 miliar selama tiga bulan pertama, lebih rendah dari posisi yang sama tahun lalu di Rp21,78 miliar.

Salah satu faktor yang membuat beban CNKO naik adalah adanya kenaikan biaya pembelian senilai Rp259,03 miliar, dan saldo awal tahun Rp23,56 miliar.

Ke depan, perseroan masih mencermati potensi pertumbuhan industri batu bara di tengah lonjakan harga akibat permintaan global. Namun, risiko kelangkaan di tingkat domestik turut menjadi perhatian.

"Terutama disebabkan oleh banyak tambang yang belum bisa beroperasi dengan optimal setelah ditutup pada awal pandemi serta akibat curah hujan yang tinggi di tambang," tandasnya.

(NDA) 

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement