"Aplikasi hanya akan memenuhi syarat untuk diluncurkan kembali di toko aplikasi saat masalah tersebut ditangani," kata Liu.
Selain Nike dan Adidas, merek H&M juga melakukan langkah serupa. Pekan lalu H&M menyatakan tidak lagi memakai material kapas dari Xianjiang.
H&M menerapkan kebijakan tersebut sebagai bentuk prihatin terhadap dugaan adanya kerja paksa yang terjadi di Xianjiang. Tak butuh waktu lama, kritik tersebut langsung memicu amarah warga setempat.
Merek-merek tersebut kemudian terjebak dalam reaksi balik di media sosial, di mana masyarakat China telah berjanji untuk memboikot Adidas dan Nike serta mendukung merek-merek lokal.
Adidas yang berbasis di Jerman, merupakan salah satu merek pakaian asing paling populer di China. Akibat blunder tersebut, Adidas mengalami penurunan harga saham lebih dari 6 persen.
Menurut laporan media setempat, kapitalisasi pasar Adidas - bersama dengan Nike yang berbasis di AS - turun lebih dari $ 10,47 miliar. (RAMA)