Untuk membuat produk memiliki harga yang murah, pemerintah China melakukan berbagai cara salah satunya dengan subsidi kepada usaha rumahan, dan membantu biaya bea keluar barang serta bantuan logistik. Konsep Taobao Village kemudian berkembang dengan orientasi pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Alibaba melakukan suntikan modal besar besaran kepada platform e-commerce lokal dan akhirnya ada promo diskon gratis ongkir dan sebagainya. Strategi ini cukup berhasil membuat produk impor barang konsumsi dominan di marketplace.
"Studi INDEF menunjukkan produk yang diperdagangkan secara online hanya 25,9 persen yang diproduksi lokal. Spesifik barang impor asal China porsinya terus meningkat selama masa pandemi atau tahun 2020 lalu sehingga mencapai lebih dari 30,9 persen dari total impor non migas," beber dia.
Menurut dia, kalau akar masalahnya tidak diselesaikan maka sulit kebijakan apapun untuk batasi produk impor. Selain itu, Bhima juga menyebut pentingnya ada pembatasan terhadap produk impor di e-commerce.
Dia menyinggung Permendag No 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang pedoman penataan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, yang disebutkan bahwa ritel modern wajib menjual produk Indonesia minimal 80 persen dari total barang yang dijual. Menurutnya, hal tersebut juga harus diterapkan untuk e-commerce.