"Banyak organisasi di Indonesia rentan terhadap serangan siber karena mereka tidak memiliki perlindungan yang memadai, atau masih bergantung pada teknologi yang sudah ketinggalan. Oleh karena itu, organisasi di Indonesia sebaiknya meninjau kembali strategi keamanan siber dan kesterilan sistem keamanan mereka untuk menghindari menjadi korban dari kebocoran besar," jelas Deon.
Dalam 2 tahun terakhir, Indonesia telah mengalami beberapa kebocoran tingkat tinggi. Pada bulan Juni 2020, lebih dari 230.000 data pasien Covid-19 Indonesia telah bocor.
Data yang bocor meliputi nama pasien, alamat, nomor telepon, kewarganegaraan, tanggal diagnosis, hasil, dan masih banyak lagi.
(IND)