Sementara itu, Filipina dan Indonesia menyumbang 25,9% dan 23% dari peningkatan global dalam penjualan e-commerce.
Sebagai informasi, konsumen di China tahun lalu menghabiskan 1,41 triliun yuan, atau setara USD208 miliar, membeli barang-barang di aplikasi video Douyin ByteDance, meningkat 76% dibanding 2021.
Peningkatan ini didorong juga oleh adaptasi generasi yang lebih tua dengan era baru internet didukung oleh penggunaan smartphone yang lebih tinggi di Asia Tenggara.
Pada kuartal pertama 2022, induk TikTok, ByteDance, melaporkan pendapatan sebesar USD18,3 miliar, meningkat hampir 54% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Diperkirakan TikTok menghasilkan pendapatan sebesar USD8,6 juta, meningkat 40% y-o-y selama November 2022. Malaysia terus menjadi kontributor terbesar dengan kontribusi sebesar 33%, diikuti oleh Indonesia dan Vietnam masing-masing menyumbang 21% dan 17%.
TikTok juga diproyeksi berpotensi merajai industri periklanan, mengalahkan YouTube yang saat ini memegang posisi dominan di pasar streaming Asia Tenggara. Youtube saat ini berjaya dengan pangsa 54% dari seluruh konsumsi video di wilayah tersebut.
Bersama dengan YouTube, TikTok telah mengambil porsi yang lebih besar dari pangsa pasar layanan langganan premium selama kuartal 2 tahun lalu. TikTok menikmati pangsa pasar 37% dengan perkiraan basis pengguna aktif bulanan (MAU) 173 juta.
Selain itu, TikTok terus menjadi aplikasi seluler terlaris di iOS dan Android di Asia Tenggara. Artinya, pendapatan iklan TikTok juga diproyeksikan akan terus tumbuh di kawasan ini. Platform e-commerce lain bisa saja terancam dengan pertumbuhan TikTok yang cukup pesat ini. (ADF)