Sementara, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji menjelaskan, strategi efisiensi dalam bentuk PHK tersebut bertujuan memperbaiki kinerja atau mengurangi beban.
“Karena memang selama ini perusahaan tersebut masih net loss [rugi bersih]. Meski demikian, kalau dilihat dari tren pendapatan perusahaan ini juga mengalami peningkatan. Lebih cenderung menanjak,” jelas Nafan kepada IDX Channel, Jumat (18/11).
Adapun kompetitor GOTO, Grab melaporkan kerugian yang lebih kecil secara tahunan. Salah satu raksasa teknologi Asia Tenggara ini mencetak perbaikan kinerja, terutama di segmen delivery service atau pengiriman.
Segmen ini mencatatkan break even atau mencapai titik impas untuk pertama kalinya sejak 2012 pada kuartal ketiga (Q3) tahun ini.
Perbaikan kinerja Grab ini berhasil membungkam estimasi analis yang sebelumnya terdengar pesimis.
Menurut catatan Investing.com, Grab Holdings mengumumkan rugi per saham (loss per share) USD0,08 dengan pendapatan USD382 juta di kuartal III 2022.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan survei analis yang dilakukan Investing.com yang mengantisipasi rugi per saham USD0,10 berdasarkan pendapatan USD337 juta.
Grab juga mengurangi kerugian sebesar 24% di Q3 dan membukukan kerugian EBITDA yang disesuaikan (adjusted EBITDA) sebesar USD161 juta.
Segmen pengiriman (delivery services) Grab melaporkan EBITDA positif yang disesuaikan untuk pertama kalinya.
Pendapatan untuk pengiriman mencatat pertumbuhan yang kuat, naik 250% yoy, atau 271% berdasarkan mata uang konstan.
GMV kategori Pengiriman Makanan dan Pengiriman Non-Makanan terus tumbuh dengan tangguh secara tahunan. Kenaikan ini mencapai 5% yoy, atau 11% yoy berdasarkan mata uang konstan.
Adapun hingga pengumuman PHK hari ini, GOTO belum merilis laporan keuangan Q3-nya. Laporan tersebut masih akan diumumkan pada Senin depan (21/11).
Mixed Feeling Industri Tekno
Tak hanya GOTO, raksasa teknologi lain juga tengah melakukan PHK besar-besaran dalam beberapa waktu terakhir.
Meta dikabarkan telah merumahkan 11 ribu karyawannya di Amerika Serikat (AS). Perusahaan e-commerce kenamaan negeri Paman Sam, Amazon, juga mengumumkan layoff kepada 10 ribu pekerjanya, dan bahkan akan berlanjut hingga 2023.
Pada skala global, Twitter memberhentikan setengah dari karyawannya di seluruh tim. Mulai dari tim komunikasi hingga tim kurasi konten juga tim produk dan teknis menyusul akuisisi senilai USD44 miliar yang dilakukan oleh bos barunya, Elon Musk.
Tak hanya Meta dan Twitter, Microsoft Corp (MSFT.O) juga memberhentikan sekitar 1.000 karyawan di beberapa divisi pada Oktober 2022, menurut laporan Axios.
Terbaru, kinerja keuangan beberapa raksasa tekno asal China, juga terpantau muram.
Alibaba Group Holding Ltd. melaporkan kinerja negatif pada kuartal tiga (Q3) 2022. Salah satunya adalah kebijakan lockdown China terkait Covid-19 yang menekan pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran konsumen di negara Tirai Bambu.
Mengutip Bloomberg, Kamis (17/11), e-commerce terbesar di China ini melaporkan kerugian bersih USD2,9 miliar atau setara 20,6 miliar yuan. Laporan ini bahkan berbanding terbalik dengan proyeksi laba dengan jumlah yang hampir sama.
Alibaba mencatatkan penurunan nilai investasi di seluruh portofolio yang dimiliki, termasuk Didi Global Inc. hingga GOTO.
Di Tanah Air, sebelum GOTO, ada pula Shopee yang lebih dahulu memangkas pekerjanya sebanyak 3% karyawan pada bulan September lalu.
Tak hanya para raksasa tekno, perusahaan-perusahaan startup kecilpun juga beberapa melakukan PHK terhadap karyawannya.
Saat ini, ada semacam perasaan campur aduk (mixed feeling) melihat perusahaan teknologi. Ini sebagian karena di tengah beberapa perusahaan yang dilaporkan tumbang, masih ada secercah harapan yang dilaporkan Grab.
Namun, memang, hal tersebut juga bukan sebuah jaminan bahwa industri ini akan tahan guncangan ke depannya.
Kondisi ini menggambarkan sektor tekno sedang berjuang melawan gejolak yang timbul akibat faktor eksternal maupun internal perusahaan yang saat ini dihadapi. (ADF)