IDXChannel - Badai PHK akhirnya menghampiri PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Perusahaan jasa ride-hailing dan e-commerce hasil merger antara Tokopedia dan Gojek ini memutuskan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 12% atau sekitar 1.300 orang dari total karyawan di semua negara.
Dalam pernyatan resmi manajemen GoTo hari ini Jumat (18/11/2022), langkah ini dilakukan demi mendorong percepatan kemandirian finansial, sehingga perusahaan dapat terus memberi dampak positif bagi jutaan konsumen, mitra pengemudi dan pedagang di ekosistem GoTo.
Dijelaskan perusahaan bahwa upaya efisiensi tersebut dilakukan untuk jauh bernavigasi di tengah kondisi ekonomi global yang semakin penuh tantangan.
Namun demikian, manajemen GOTO menyebut karyawan terdampak akan memperoleh paket kompensasi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan di tiap negara di mana GoTo beroperasi.
Lebih dari itu, GoTo juga memberikan sejumlah dukungan finansial, antara lain berupa tambahan satu bulan gaji, serta kompensasi pengganti periode pemberitahuan (notice in-lieu).
GoTo juga memberikan dukungan pencarian kerja serta layanan konseling karir, keuangan, dan psikologi yang akan tersedia sampai akhir bulan Mei 2023.
“Keputusan ini tidak mempengaruhi layanan GoTo kepada konsumen serta komitmen Perusahaan terhadap mitra pengemudi dan pedagang,” tulis manajemen GOTO dalam keterangan resminya.
Kinerja Keuangan GOTO
Berdasarkan laporan keuangan GOTO pada kuartal dua (Q2) tahun ini, perusahaan mencatatkan pertumbuhan nilai transaksi bruto (GTV) 39% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai Rp150,5 triliun.
Adapun pendapatan bruto tumbuh 45% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai Rp5,5 triliun.
Mengutip website GOTO, segmen on-demand menunjukkan tren positif seiring pulihnya sektor mobilitas, serta relaksasi terhadap berbagai pembatasan yang disebabkan pandemi Covid-19.
Pendapatan bruto pada kuartal kedua untuk segmen ini mencapai Rp3,2 triliun, tumbuh 41% year-on-year (YoY).
Adapun GTV untuk layanan mobilitas termasuk GoRide dan GoCar tumbuh 80% yoy dan telah pulih hingga mencapai 86% dari tingkat pra-pandemi.
Tren positif ini diproyeksikan berlanjut bersamaan dengan berlanjutnya aktivitas perekonomian dan lalu lintas di seluruh Indonesia.
On-demand services dan e-commerce ditargetkan akan mencapai margin kontribusi positif masing-masing pada kuartal pertama 2023 dan keempat 2023.
Namun, secara keseluruhan, perusahaan juga mengalami kerugian sebesar Rp13,65 triliun pada Q2 tahun ini dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6,28 triliun.
Kerugian ini disebabkan kenaikan berbagai beban perusahaan. Sebut saja beban pokok naik dalam setahun sebesar 66%. Adapun beban marketing meroket tajam mencapai 235,4% serta beban umum administrasi naik mencapai 74%.
Pihak GOTO mengaku telah melakukan penghematan sebesar Rp800 miliar. Namun, upaya ini tidak mampu menahan perusahaan melakukan PHK.
CEO Grup GoTo, Andre Soelistyo mengatakan, perusahaan akan memfokuskan diri pada layanan inti, yaitu on-demand, e-commerce, dan financial technology (fintech).
"GoTo telah mencatatkan pertumbuhan yang konsisten di bidang ini, didorong oleh strategi perusahaan yang menyasar pada peningkatan jumlah pengguna multiplatform, alokasi insentif secara efektif, serta membangun sinergi terintegrasi dalam ekosistem," ungkap Andre dalam pernyataan resminya, Jumat (18/11/2022).
Sementara itu, menurut Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif CELIOS (Center of Economic and Law Studies), fenomena overstaffing atau melakukan rekrutmen secara agresif jadi salah satu penyebab akhirnya PHK massal terjadi di industri tekno ini.
Menurut Bhima, banyak founder dan CEO perusahaan yang over-optimis,
“Ternyata paska pandemi reda, masyarakat lebih memilih omnichannel bahkan secara penuh berbelanja di toko offline. Akibat overstaffing ini, biaya operasional membengkak, dan menjadi beban kelangsungan perusahaan digital,” kata Bhima dalam keterangan tertulis, Jumat (18/11).
Sementara, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji menjelaskan, strategi efisiensi dalam bentuk PHK tersebut bertujuan memperbaiki kinerja atau mengurangi beban.
“Karena memang selama ini perusahaan tersebut masih net loss [rugi bersih]. Meski demikian, kalau dilihat dari tren pendapatan perusahaan ini juga mengalami peningkatan. Lebih cenderung menanjak,” jelas Nafan kepada IDX Channel, Jumat (18/11).
Adapun kompetitor GOTO, Grab melaporkan kerugian yang lebih kecil secara tahunan. Salah satu raksasa teknologi Asia Tenggara ini mencetak perbaikan kinerja, terutama di segmen delivery service atau pengiriman.
Segmen ini mencatatkan break even atau mencapai titik impas untuk pertama kalinya sejak 2012 pada kuartal ketiga (Q3) tahun ini.
Perbaikan kinerja Grab ini berhasil membungkam estimasi analis yang sebelumnya terdengar pesimis.
Menurut catatan Investing.com, Grab Holdings mengumumkan rugi per saham (loss per share) USD0,08 dengan pendapatan USD382 juta di kuartal III 2022.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan survei analis yang dilakukan Investing.com yang mengantisipasi rugi per saham USD0,10 berdasarkan pendapatan USD337 juta.
Grab juga mengurangi kerugian sebesar 24% di Q3 dan membukukan kerugian EBITDA yang disesuaikan (adjusted EBITDA) sebesar USD161 juta.
Segmen pengiriman (delivery services) Grab melaporkan EBITDA positif yang disesuaikan untuk pertama kalinya.
Pendapatan untuk pengiriman mencatat pertumbuhan yang kuat, naik 250% yoy, atau 271% berdasarkan mata uang konstan.
GMV kategori Pengiriman Makanan dan Pengiriman Non-Makanan terus tumbuh dengan tangguh secara tahunan. Kenaikan ini mencapai 5% yoy, atau 11% yoy berdasarkan mata uang konstan.
Adapun hingga pengumuman PHK hari ini, GOTO belum merilis laporan keuangan Q3-nya. Laporan tersebut masih akan diumumkan pada Senin depan (21/11).
Mixed Feeling Industri Tekno
Tak hanya GOTO, raksasa teknologi lain juga tengah melakukan PHK besar-besaran dalam beberapa waktu terakhir.
Meta dikabarkan telah merumahkan 11 ribu karyawannya di Amerika Serikat (AS). Perusahaan e-commerce kenamaan negeri Paman Sam, Amazon, juga mengumumkan layoff kepada 10 ribu pekerjanya, dan bahkan akan berlanjut hingga 2023.
Pada skala global, Twitter memberhentikan setengah dari karyawannya di seluruh tim. Mulai dari tim komunikasi hingga tim kurasi konten juga tim produk dan teknis menyusul akuisisi senilai USD44 miliar yang dilakukan oleh bos barunya, Elon Musk.
Tak hanya Meta dan Twitter, Microsoft Corp (MSFT.O) juga memberhentikan sekitar 1.000 karyawan di beberapa divisi pada Oktober 2022, menurut laporan Axios.
Terbaru, kinerja keuangan beberapa raksasa tekno asal China, juga terpantau muram.
Alibaba Group Holding Ltd. melaporkan kinerja negatif pada kuartal tiga (Q3) 2022. Salah satunya adalah kebijakan lockdown China terkait Covid-19 yang menekan pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran konsumen di negara Tirai Bambu.
Mengutip Bloomberg, Kamis (17/11), e-commerce terbesar di China ini melaporkan kerugian bersih USD2,9 miliar atau setara 20,6 miliar yuan. Laporan ini bahkan berbanding terbalik dengan proyeksi laba dengan jumlah yang hampir sama.
Alibaba mencatatkan penurunan nilai investasi di seluruh portofolio yang dimiliki, termasuk Didi Global Inc. hingga GOTO.
Di Tanah Air, sebelum GOTO, ada pula Shopee yang lebih dahulu memangkas pekerjanya sebanyak 3% karyawan pada bulan September lalu.
Tak hanya para raksasa tekno, perusahaan-perusahaan startup kecilpun juga beberapa melakukan PHK terhadap karyawannya.
Saat ini, ada semacam perasaan campur aduk (mixed feeling) melihat perusahaan teknologi. Ini sebagian karena di tengah beberapa perusahaan yang dilaporkan tumbang, masih ada secercah harapan yang dilaporkan Grab.
Namun, memang, hal tersebut juga bukan sebuah jaminan bahwa industri ini akan tahan guncangan ke depannya.
Kondisi ini menggambarkan sektor tekno sedang berjuang melawan gejolak yang timbul akibat faktor eksternal maupun internal perusahaan yang saat ini dihadapi. (ADF)