"Kalau dari karyawannya karena Grab cukup besar, kami tawarkan mencari di tempat lain. Oleh sebab itu, yang kena cuma belasan. Karena yang belasan itu ada dua, katanya mereka pengen dapat package (insentif pensiun dini) dan sebagainya," jelas Neneng.
"Ada yang memang ya sudah saya ambil. Ada orang yang memilih itu dan mereka mengambil kesempatan untuk hal lain," ucapnya.
GrabKitchen berdiri 2018 dan akan berakhir pada Desember tahun ini. Neneng menjelaskan, pihaknya berupaya melihat product market fit dari lini bisnis perusahaan rintisan di sektor transportasi itu.
Hanya saja, berjalannya waktu produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan yang diharapkan manajemen. Karena itu, Grab Indonesia pun mengambil langkah efisiensi dengan menutup lini bisnis tersebut.
"Saya ceritakan apa yang terjadi di GrabKitchen itu berdiri 2018. Nah, dengan berjalannya waktu kami melihat ternyata tak sesuai apa yang diharapkan," ujar Neneng.
Meski keputusan sulit, lanjut Neneng, pihaknya harus mengambil langkah efisiensi untuk perbaikan bisnis perusahaan.
"Karena seperti Anda tahu yang namanya perusahaan digital teknologi, kita kan melakukan inovasi, kita mencoba, dan melihat hasilnya. Kalau boleh pinjam kata-kata Mas Lodrik sama Mbak Mia itu adalah produk market fit," tutur dia.
(FAY)