"Itu akan berpengaruh bagi BI untuk kebijakan moneter, fokusnya memitigasi risiko dari global, khususnya menstabilkan nilai tukar Rupiah. Nilai tukar Rupiah pada bulan Juni itu menguat, meskipun year-to-date masih melemah, tapi pelemahannya itu lebih rendah dari won Korea maupun negara-negara yang lain," kata Perry.
Di lain sisi, pemerintah terus melakukan intervensi yang berfokus di spot dan valas dalam menjaga stabilitas Rupiah. Namun menurut Perry, intervensi tidak bisa dilakukan terus menerus.
"Untuk mitigasi risk global, kami fokus intervensi di spot dan valas dan jumlah cadev kami cukup. Tapi kan enggak bisa terus-terusan intervensi valas," katanya.
Maka dari itu, BI meluncurkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) sebagai alternatif ketika aliran modal keluar dari Surat Berharga Negara (SBN) atau obligasi pemerintah.
"Suku bunga SRBI lebih tinggi dari SBN supaya tidak terjadi capital outflow. Sementara memang dari SBN belum perlu naikkan target SBN," katanya.
(Dhera Arizona)