sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Guru Besar UI Ungkap Omicron Cepat Menular Namun Keparahannya Tidak Signifikan

Economics editor Tia Komalasari/IDXChannel
27/12/2021 07:17 WIB
Replikasi varian Omicron lebih lambat yang sehingga lebih cepat menular namun keparahannya tidak signifikan.
Replikasi varian Omicron lebih lambat yang sehingga lebih cepat menular namun keparahannya tidak signifikan. (Foto: MNC Media)
Replikasi varian Omicron lebih lambat yang sehingga lebih cepat menular namun keparahannya tidak signifikan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Ahli mikrobiologi dan pemerhati vaksin, Prof. Dr. apt. Maksum Radji, M. Biomed, Guru Besar (purnabakti) Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FF UI) mengatakan replikasi varian omicron pada saluran pernafasan 10x lebih cepat dari varian yang lain. Meskipun demikian, di paru-paru replikasinya lebih lambat yang menyebabkan varian omicron lebih cepat menular namun keparahannya tidak signifikan.

Dia mengatakan, mutasi virus adalah hal normal terjadi pada proses replikasi virus, dan tidak semua mutasi menyebabkan virus menjadi lebih berbahaya. Dari data yang ada, rata-rata hanya 4% mutasi yang membuat virus lebih berbahaya. Infeksi virus yang berbeda pada saat bersamaan juga berpotensi menyebabkan mutasi pada virus. 

"Virus tersebut membutuhkan inang untuk replikasi, sehingga tujuan vaksinasi untuk mencapai herd immunity yang memberi kekebalan inang, sangat penting," kata Maksum melalui kanal Youtube FFUI, yang dikutip dari siaran pers Minggu (26/12/2021).

Ia menyampaikan pemaparan tersebut pada acara talkshow bertema “Virus Corona Varian Omicron: Apa dan Bagaimana Menghadapinya”, yang diselenggarakan oleh FF UI. Acara tersebut menghadirkan 3 narasumber ahli, yaitu Prof. Maksum Radji, Tri Kusumaeni, S.Si., M.Pharm., dan dr. Hario Baskoro, Sp.P., Ph.D.

Varian Omicron mengalami mutasi signifikan pada gen S pembentuk spike virus. Salah satu tanda awal pada pemeriksaan PCR bahwa seseorang terinfeksi varian omicron adalah hasil PCR pada gen S tidak menunjukkan hasil positif, namun gen nukleokapsid dan envelope positif. 

"Replikasi varian omicron pada saluran pernafasan 10x lebih cepat dari varian yang lain, namun di paru-paru replikasinya lebih lambat yang menyebabkan varian omicron lebih cepat menular namun keparahannya tidak signifikan,"ujarnya.

Terkait hal tersebut, Hario menambahkan bahwa tidak ada peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSUI dan RSUP Persahabatan. Penyebaran varian Omicron tidak dapat langsung dihubungkan dengan peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Hal tersebut dikarenakan sampai saat ini varian Omicron hanya menimbulkan gejala ringan yang tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Sebagai dokter spesialis paru yang berpraktik di RSUI, Hario juga menekankan bahwa masyarakat harus berhati-hati dalam mencerna informasi yang beredar di media sosial. Salah satu ciri khas info hoaks adalah tidak disertakannya sumber rujukan terpercaya dan judulnya dibuat bombastis. Ia membantah informasi varian Omicron menyebabkan gangguan pada jantung dan stroke karena tidak sesuai dengan bukti kasus yang ada.

Sementara itu, Tri yang berpraktik di RSUP Persahabatan juga membantah informasi bahwa varian Omicron muncul disebabkan efek samping vaksin Covid-19. “Tidak ada bukti terkait hal itu. Justru sebaliknya, dengan pemberian vaksin, keparahan Covid-19 menurun,” kata Tri. 

Hal ini juga diperkuat oleh Prof. Maksum yang mengatakan bahwa kasus pasien meninggal yang disebabkan varian Omicron di Inggris juga ternyata ditemukan yang bersangkutan tidak pernah menerima vaksin. Saat ini, tidak ada vaksin merk khusus yang ditujukan untuk menambah kekebalan menghadapi varian Omicron.

Hingga saat ini belum ada perubahan terkait pengobatan pasien Covid-19 di Indonesia walaupun ada berbagai varian virus corona. Obat antivirus baru yang diberitakan sebagai obat per oral untuk Covid-19 masih terus diteliti khasiat dan keamanannya. Belum ada klaim khusus yang menyatakan efektivitas obat tertentu pada varian Omicron. Pengobatan yang ada saat ini lebih banyak menekankan pada terapi simptomatis. (TIA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement