"Replikasi varian omicron pada saluran pernafasan 10x lebih cepat dari varian yang lain, namun di paru-paru replikasinya lebih lambat yang menyebabkan varian omicron lebih cepat menular namun keparahannya tidak signifikan,"ujarnya.
Terkait hal tersebut, Hario menambahkan bahwa tidak ada peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSUI dan RSUP Persahabatan. Penyebaran varian Omicron tidak dapat langsung dihubungkan dengan peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Hal tersebut dikarenakan sampai saat ini varian Omicron hanya menimbulkan gejala ringan yang tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Sebagai dokter spesialis paru yang berpraktik di RSUI, Hario juga menekankan bahwa masyarakat harus berhati-hati dalam mencerna informasi yang beredar di media sosial. Salah satu ciri khas info hoaks adalah tidak disertakannya sumber rujukan terpercaya dan judulnya dibuat bombastis. Ia membantah informasi varian Omicron menyebabkan gangguan pada jantung dan stroke karena tidak sesuai dengan bukti kasus yang ada.
Sementara itu, Tri yang berpraktik di RSUP Persahabatan juga membantah informasi bahwa varian Omicron muncul disebabkan efek samping vaksin Covid-19. “Tidak ada bukti terkait hal itu. Justru sebaliknya, dengan pemberian vaksin, keparahan Covid-19 menurun,” kata Tri.
Hal ini juga diperkuat oleh Prof. Maksum yang mengatakan bahwa kasus pasien meninggal yang disebabkan varian Omicron di Inggris juga ternyata ditemukan yang bersangkutan tidak pernah menerima vaksin. Saat ini, tidak ada vaksin merk khusus yang ditujukan untuk menambah kekebalan menghadapi varian Omicron.