Seperti Ibu Jamilah, seorang janda penjual nasi uduk yang mengandalkan penghasilan dari berdagang nasi uduk untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membayar rumah kontrakan.
Dirinya pun terancam gulung tikar karena kebutuhan pokok yang mahal. “Semuanya terasa berat, semua apa-apa naik. Saya bingung apalagi saya seorang janda yang berdagang nasi uduk untuk sarapan pagi yang kalau saya naikkin harga sedikit, orang akan komplain,” ujar Jamilah.
Meski masuk dalam kriteria keluarga penerima manfaat, Jamilah tidak terdaftar sebagai penerima bantuan sosial. Jamila mengungkapkan bahwa baru sekali mendapat bansos waktu pak Jokowi jadi gubernur dan itu cuman sekali-kalinya.
“Sekarang rumah kecil, baru ngontrak, bansos engga dapet beras ga dapet dan semua ga dapet sama sekali. Tapi, saya suka liat yang di atas saya ko bisa dapet. Kayanya salah sasaran deh," pungkasnya.
Keluhan serupa juga disampaikan seorang ibu rumah tangga Ana Susan yang mengaku mengurangi daftar belanja untuk menyiasati kebutuhan rumah tangga.