Kementerian menambahkan, Bangladesh Petroleum Corporation yang dikelola negara telah mengalami kerugian lebih dari USD8 miliar taka atau setara USD85 juta pada penjualan minyak dalam enam bulan hingga Juli.
"Harga baru sepertinya tidak bisa ditoleransi semua orang. Tapi kami tidak punya pilihan lain. Masyarakat harus bersabar," kata Menteri Negara Tenaga, Energi dan Sumber Daya Mineral Nasrul Hamid kepada wartawan dikutip dari Reuters, Minggu (7/8/2022).
Dia mengatakan harga akan disesuaikan jika harga global turun."Itu perlu tapi saya tidak pernah membayangkan kenaikan drastis seperti itu. Saya tidak tahu apakah pemerintah memenuhi prasyarat untuk memiliki pinjaman IMF," kata seorang pejabat pemerintah.
Kenaikan harga BBM itu dianggap sebagai upaya pemerintah memangkas beban subsidi negara. Namun, kebijakan itu dapat mendongkrak inflasi yang sudah berjalan di atas 7%.
Ekonomi negara Asia Selatan senilai USD416 miliar telah menjadi salah satu yang tumbuh paling cepat di dunia selama bertahun-tahun. Namun, melonjaknya harga energi dan pangan akibat perang Rusia-Ukraina telah menggelembungkan neraca impor negara tersebut. Sehingga memaksa pemerintahnya untuk mencari pinjaman dari lembaga global, termasuk IMF.