Selain curah hujan, tambah Henry, harga cabai yang tinggi baru-baru ini karena imbas dari erupsi gunung merapi yang terjadi di daerah Magelang, Temanggung dan sebagian Wonosobo, Jawa Tengah. Hujan abu dari gunung tersebut membuat tanaman cabai petani menurun kualitasnya.
"Memang berdampak abu erupsi merapi. Selain yang sudah panen ini yang berdampak, dan ada penurunan produksi. Tanaman-tanaman yang belum mulai produksi juga berdampak," jelasnya.
Guna menstabilkan harga di pasaran, kata Henry, pemerintah bisa melakukan beberapa hal.
Pertama, memfasilitasi petani agar rantai distribusi bisa lebih pendek. Kedua, melakukan pengembangan teknologi pengolahan sederhana dan pengawetan cabe dengan teknis pelapisan menggunakan bahan yang foodgrade, serta gudang pendingin. Keempat, pemerintah bisa mengembangkan produksi secara agroekologi, untuk mengurangi risiko gagal panen yang relatif tinggi di budidaya cabe monokultur.
"Harapannya bisa terbangun sentra-sentra produksi yang baru, tapi dikembangkan dengan agroekologi, bukan monokultur," tandas Henry.