Sementara di Timur Tengah, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, memperingatkan potensi “perang berskala penuh” antara negaranya dengan Hizbullah di Lebanon, meski AS berusaha menghindari meluasnya konflik antara Israel dan kelompok yang didukung Iran tersebut.
Eskalasi perang berisiko menimbulkan gangguan pasokan di kawasan penghasil minyak utama di dunia itu.
“Penurunan tensi antara kedua belah pihak tampaknya sulit terjadi dalam waktu dekat, yang mungkin akan membuat harga minyak tersokong, karena para pelaku pasar mengabaikan area-area ekonomi yang lemah, mulai dari penjualan ritel AS yang lebih lemah dari perkiraan, hingga data-data ekonomi China bervariasi minggu ini,” kata Yeap Jun Rong, seorang ahli strategi pasar di IG, Singapura.
Data-data ekonomi China pekan ini menunjukkan jumlah produksi industri bulan Mei meleset dari ekspektasi, tetapi penjualan ritel, yang menjadi tolok ukur tingkat konsumsi, menandai pertumbuhan tercepatnya sejak Februari.
Sementara itu, pada Selasa (18/6), sumber-sumber pasar yang mengutip angka dari American Petroleum Institute mengatakan, stok minyak mentah AS naik 2,264 juta barel pada pekan yang berakhir 14 Juni lalu. Survey Reuters menunjukkan bahwa para analis memperkirakan adanya penurunan stok minyak mentah sebesar 2,2 juta barel.