Dia mengatakan, bahaya utama bagi berlanjutnya kekuatan harga minyak adalah kemungkinan munculnya kasus COVID-19 dalam skala luas. "Sebagian besar Asia melihat peningkatan baru dalam kasus-kasus yang dapat memaksa penilaian ulang kenaikan global baru-baru ini. Terdapat penyesuaian terhadap jumlah permintaan minyak," ujarnya.
Seperti diketahui, India melaporkan rekor peningkatan infeksi, yang mengangkat keseluruhan kasus menjadi lebih dari 15 juta. Kondisi itu menjadikan India sebagai negara kedua yang terkena dampak Covid-19 setelah Amerika Serikat. Sementara negeri paman Sam itu telah melaporkan lebih dari 31 juta infeksi Covid-19.
Kematian akibat COVID-19 di India juga naik dengan rekor 1.619 menjadi hampir 180.000.
Wilayah ibu kota Delhi memerintahkan penguncian enam hari, bergabung dengan sekitar 13 negara bagian lain di seluruh India yang telah memutuskan untuk memberlakukan pembatasan, jam malam atau penguncian di kota mereka.
"Langkah-langkah baru ini, meskipun sejauh ini kemungkinan tidak seketat apa yang kita lihat pada Maret 2020, ketika permintaan bensin dan gasoil / solar di negara itu turun hampir 60%, namun tetap akan membebani konsumsi bahan bakar transportasi, "kata konsultan JBC. (TIA)