"Ini berkah buat petani sawit kita. Tapi harus dimanfaatkan untuk hal yang produktif. Seperti memperbaiki cash flow rumah tangga para petani kita. Memperbaiki kondisi tanaman sawit, bisa dari pemupukan, atau perawatan lainnya. Bukan justru konsumtif," sebut Gunawan, Selasa (2/11/2021).
Petani, kata Gunawan, juga jangan melupakan satu hal. Yakni harga sawit pernah turun hingga di bawah Rp1.000 per kilogramnya. Seperti pada pertengahan 2019 lalu, di mana harga TBS di tingkat petani itu sempat di turun ke Rp700 perkilogram.
"Jadi manfaatkan kenaikan harga TBS saat ini untuk keperluan yang sifatnya produktif. Karena sejarah (harga TBS murah) bisa terulang kapan saja. Meskipun saat ini saya yakin harga TBS masih akan mahal setidaknya hingga penutupan akhir tahun 2021," tukasnya.
Terlebih, kata Gunawan, saat ini dunia juga tengah dalam ketidakpastian. Covid-19 masih menjadi masalah utama yang membuat banyak negara memilih untuk menutup wilayahnya. Masih ada ketegangan dan memburuknya hubungan politik, musim dingin yang akan usai, stagflasi yang terjadi di China juga bisa memperburuk harga CPO nantinya.
Kemudian masalah perubahan iklim dan badai La Nina yang masih mengancam kegiatan produksi pertanian dunia.
"Jadi jangan terlena. Petani harus pintar dalam mengelola uang yang saat ini tengah melimpah akibat kenaikan harga sawit. Kita harus benar benar bersiap, dengan segala bentuk ancaman yang bisa merontokan harga TBS nantinya. Meksipun saat ini kita tetap optimis harga TBS masih akan bertahan mahal," tandasnya.
(IND)