“Itu sekarang China sangat agresif untuk bisa masuk ke Indonesia Bapak dan Ibu sekalian untuk menjadikan kita basis untuk memberikan solusi baterai EV ataupun baterai energy storage ke Amerika,” sambungnya.
Dia mencontohkan, produk EV battery yang diekspor langsung dari China akan dikenakan tarif impor oleh pemerintah AS sebesar 40 persen. Namun ketika produk serupa dikirim dari Indonesia, maka tarif yang diberlakukan hanya 10 persen saja.
Menurutnya, skema perdagangan yang ditempuh China ini menguntungkan bagi Indonesia. Sebab, Indonesia bisa menjadi negar basis produksi baterai.
“Ini suatu keunggulan yang kita dapatkan kalau kita menjadikan basis baterai production bukan hanya untuk Indonesia, tapi kebutuhan untuk global, termasuk untuk Amerika Serikat,” ujar Toto.
(Febrina Ratna Iskana)