sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ilmuwan Temukan Zat Baru Pengganti Lithium untuk Baterai Mobil Listrik

Economics editor
12/01/2024 03:33 WIB
material baru ini memiliki potensi untuk mengurangi penggunaan lithium hingga 70 persen.
Ilmuwan Temukan Zat Baru Pengganti Lithium untuk Baterai Mobil Listrik (foto: MNC media)
Ilmuwan Temukan Zat Baru Pengganti Lithium untuk Baterai Mobil Listrik (foto: MNC media)

IDX Channel – Microsoft dan Pacific Northwest National Laboratory (PNNL) telah menemukan zat baru yang memiliki potensi untuk mengurangi penggunaan lithium dalam baterai dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan superkomputer.

Temuan ini merupakan hasil kolaborasi antara Microsoft dan PNNL, yang merupakan bagian dari Departemen Energi AS.

Menurut para ilmuwan, material baru ini memiliki potensi untuk mengurangi penggunaan lithium hingga 70 persen. Sejak penemuannya, material baru ini telah digunakan untuk menyalakan bola lampu.

Tim peneliti Microsoft memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dan superkomputer untuk mengurangi 32 juta bahan anorganik potensial menjadi 18 kandidat yang menjanjikan dalam waktu kurang dari seminggu. 

Proses penyaringan ini memerlukan waktu yang lebih dari dua dekade jika menggunakan metode penelitian laboratorium tradisional Proses dari awal hingga pengembangan prototipe baterai membutuhkan waktu kurang dari sembilan bulan.

Baik Microsoft dan Pacific Northwest National Laboratory (PNNL) mencapai pencapaian ini dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) yang canggih dan komputasi berkinerja tinggi. Keduanya menggabungkan sejumlah besar komputer untuk menangani tugas-tugas ilmiah dan matematika yang kompleks.

Melansir dari BBC (11/01/2024), Jason Zander, Wakil Presiden Eksekutif Microsoft, menyatakan salah satu tujuan utama perusahaan teknologi ini adalah mempercepat penggabungan 250 tahun penemuan ilmiah ke dalam periode 25 tahun mendatang.

"Dan kami pikir teknologi seperti ini akan membantu kami melakukannya. Ini adalah cara yang saya pikir akan digunakan untuk menyelesaikan sains di masa depan," ujar Jason.

Lithium sering disebut sebagai emas putih karena nilai pasar dan warnanya yang keperakan. Zat ini merupakan komponen kunci dalam baterai isi ulang, seperti baterai lithium-ion, yang menggerakkan berbagai perangkat mulai dari kendaraan listrik (EV) hingga smartphone.

Menurut Badan Energi Internasional, dengan meningkatnya permintaan akan mobil listrik dan kebutuhan yang semakin besar akan logam, dunia mungkin mengalami kekurangan bahan tersebut pada tahun 2025 atau bahkan lebih awal.

Departemen Energi AS memperkirakan bahwa permintaan terhadap baterai lithium-ion diperkirakan akan meningkat hingga sepuluh kali lipat pada tahun 2030. Akibatnya, produsen terus membangun pabrik baterai untuk mengatasi lonjakan permintaan ini.

Penambangan litium sering menjadi kontroversial karena memerlukan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkannya dan memberikan dampak lingkungan yang signifikan. Proses ekstraksi logam ini mengonsumsi sejumlah besar air dan energi, dan dapat meninggalkan jejak yang besar di lanskap, termasuk limbah beracun.

Menurut Dr Nuria Tapia-Ruiz, kepala tim peneliti baterai di departemen kimia Imperial College London, menyatakan substansi apapun yang memiliki jumlah litium yang lebih sedikit dan mampu menyimpan energi dengan baik dianggap sangat berharga dalam industri baterai lithium-ion.

"AI dan superkomputer akan menjadi alat yang sangat penting bagi para peneliti baterai di tahun-tahun mendatang untuk membantu memprediksi material baru yang berkinerja tinggi," ujar Nuria.

Namun, Dr Edward Brightman, dosen teknik kimia di University of Strathclyde, mengatakan  teknologi ini harus dihadapi dengan penuh kehati-hatian.

"Teknologi ini dapat memberikan hasil yang palsu, atau hasil yang terlihat bagus pada awalnya, dan kemudian berubah menjadi bahan yang sudah diketahui atau tidak dapat disintesis di laboratorium," ujar Brightman.

Bahan yang berasal dari pengembangan AI, yang sekarang dikenal sebagai N2116 merupakan elektrolit solid-state yang telah diuji oleh para ilmuwan. Mereka berhasil mengubahnya dari bahan mentah menjadi prototipe yang berfungsi.

Baterai solid-state berpotensi menjadi solusi penyimpanan energi yang berkelanjutan, karena baterai jenis ini dianggap lebih aman dibandingkan dengan lithium cair atau gel yang umumnya digunakan. 

Dalam waktu dekat, perkembangan pengisian daya baterai lithium solid-state yang lebih cepat diharapkan akan meningkatkan kepadatan energinya, dengan ribuan siklus pengisian daya. (TSA)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement