Departemen Energi AS memperkirakan bahwa permintaan terhadap baterai lithium-ion diperkirakan akan meningkat hingga sepuluh kali lipat pada tahun 2030. Akibatnya, produsen terus membangun pabrik baterai untuk mengatasi lonjakan permintaan ini.
Penambangan litium sering menjadi kontroversial karena memerlukan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkannya dan memberikan dampak lingkungan yang signifikan. Proses ekstraksi logam ini mengonsumsi sejumlah besar air dan energi, dan dapat meninggalkan jejak yang besar di lanskap, termasuk limbah beracun.
Menurut Dr Nuria Tapia-Ruiz, kepala tim peneliti baterai di departemen kimia Imperial College London, menyatakan substansi apapun yang memiliki jumlah litium yang lebih sedikit dan mampu menyimpan energi dengan baik dianggap sangat berharga dalam industri baterai lithium-ion.
"AI dan superkomputer akan menjadi alat yang sangat penting bagi para peneliti baterai di tahun-tahun mendatang untuk membantu memprediksi material baru yang berkinerja tinggi," ujar Nuria.
Namun, Dr Edward Brightman, dosen teknik kimia di University of Strathclyde, mengatakan teknologi ini harus dihadapi dengan penuh kehati-hatian.