sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Imbas Serangan Houthi di Laut Merah, Inflasi Global Bisa Naik Lagi?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
21/12/2023 14:58 WIB
Beberapa perusahaan pelayaran dan kapal tanker gas alam cair telah memutuskan untuk menghindari Laut Merah akibat serangan militan Houthi di kawasan t.
Imbas Serangan Houthi di Laut Merah, Inflasi Global Bisa Naik Lagi? (Foto: MNC Media)
Imbas Serangan Houthi di Laut Merah, Inflasi Global Bisa Naik Lagi? (Foto: MNC Media)

Risiko Baru terhadap Inflasi Global?

Dampak parah akibat gangguan perdagangan tentunya akan berdampak pada perekonomian dan berpotensi mendorong kembali pelonggaran inflasi yang terjadi di Eropa dan seluruh dunia.

John Stawpert menambahkan, ia memperkirakan akan terjadi kenaikan harga bagi konsumen dalam jangka pendek, namun hal ini bergantung pada berapa lama ancaman keamanan akan berlangsung.

Kepala ekonom Bank Sentral Eropa (ECB) Philip Lane pada Rabu (20/12/2023) mengatakan, saat ini pihaknya juga sedang memantau situasi di Laut Merah, namun belum menyimpulkan serangan terhadap kapal akan mempengaruhi inflasi dan ke arah mana.

Serangan militan Houthi di Yaman meningkatkan kekhawatiran akan terulangnya kembali hambatan pasokan yang turut memicu inflasi setelah pandemi Covid-19.

Guncangan yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 menggarisbawahi betapa pentingnya perdagangan peti kemas maritim bagi perekonomian global.

Dari Shanghai, Rotterdam, hingga Los Angeles, virus corona telah mengubah rantai pasokan. Pelabuhan kekurangan pekerja yang sakit di rumah.

Pengemudi truk dan awak kapal tidak dapat melintasi perbatasan karena pembatasan kesehatan masyarakat. Permintaan yang terpendam dari program stimulus besar-besaran selama lockdown yang berkepanjangan membuat kapasitas rantai pasokan kewalahan.

Selain menyebabkan keterlambatan pengiriman barang ke pelanggan, biaya pengiriman barang ke pelanggan juga melonjak.

Seperti yang ditunjukkan dalam Chart of the Week, tantangan-tantangan tersebut mengakibatkan biaya pengiriman peti kemas melalui rute perdagangan lintas samudera dunia meningkat tujuh kali lipat dalam 18 bulan setelah bulan Maret 2020, sementara biaya pengiriman komoditas curah melonjak lebih jauh lagi.

Penelitian Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan bahwa dampak inflasi dari kenaikan biaya tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga akhir tahun ini. Dengan terjadinya perang Rusia-Ukraina, konflik ini juga memperburuk inflasi global. (Lihat grafik di bawah ini.)

Dengan mempelajari data dari 143 negara selama 30 tahun terakhir, IMF menemukan bahwa biaya pengiriman merupakan pendorong penting inflasi di seluruh dunia. Perhitungan IMF, ketika tarif angkutan naik dua kali lipat, inflasi akan meningkat sekitar 0,7 poin persentase.

“Yang terpenting, efeknya cukup bertahan lama, mencapai puncaknya setelah satu tahun dan bertahan hingga 18 bulan. Hal ini menyiratkan bahwa kenaikan biaya pengiriman yang terjadi pada 2021 dapat meningkatkan inflasi sekitar 1,5 poin persentase pada 2022,” tulis IMF dalam laporannya (28/3/2022).

IMF menegaskan, meningkatnya biaya pengiriman lebih mempengaruhi inflasi di beberapa negara dengan karakteristik tertentu dibandingkan negara lain.

“Pertama, penelitian kami menunjukkan bahwa karakteristik struktural suatu perekonomian penting. Negara-negara yang mengimpor lebih banyak barang konsumsi mengalami peningkatan inflasi yang lebih besar, begitu pula negara-negara yang lebih terintegrasi ke dalam rantai pasokan global,” tambah IMF.

Demikian pula, negara-negara yang biasanya membayar biaya pengangkutan lebih tinggi, negara-negara yang tidak memiliki daratan, negara-negara berpendapatan rendah, dan terutama negara-negara kepulauan akan mengalami peningkatan inflasi akibat naiknya biaya pengiriman kapal.

Namun kepala ekonom ECB mengatakan dampak nyata dari situasi saat ini masih belum pasti.

“Jelas, hambatan dalam bentuk apa pun sangat bermasalah. Tetapi…(dalam hal) dampak nyata terhadap inflasi, terdapat kekuatan di setiap arah,” kata Lane di Dublin.

Sebagai preseden, ia mengutip jatuhnya harga energi sejak dimulainya konflik di Gaza antara Israel dan Hamas. Ia menyimpulkan bagaimana bagaimana risiko geopolitik akan mengurangi kepercayaan, menyebabkan penurunan investasi, dan juga ketakutan masyarakat terhadap masa depan. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement