Ekonom senior di Economist Intelligence Unit Xu Tianchen mengatakan, data tersebut akan memberikan kekhawatiran bagi para pembuat kebijakan.
"Tekanan deflasi akan terus meningkat pada tahun 2024 karena pengembang perumahan dan pemerintah daerah terus melakukan pengurangan utang dan pertumbuhan global diperkirakan melambat," kata Xu, dikutip dari Reuters, Sabtu (9/12/2023).
Meski harga-harga konsumen di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu di ambang deflasi dalam beberapa bulan terakhir, namun Gubernur bank sentral China Pan Gongsheng mengatakan pada pekan lalu bahwa inflasi diperkirakan akan meningkat.
Indeks harga produsen (PPI) turun 3 persen secara tahunan dibanding bulan sebelumnya 2,6 persen. Ini menandai penurunan ke-14 bulan secara berturut-turut dan yang tercepat sejak Agustus.
Perekonomian China telah bergulat dengan berbagai hambatan tahun ini, termasuk meningkatnya utang pemerintah daerah, lesunya pasar perumahan, serta lemahnya permintaan di dalam dan luar negeri. Konsumen China telah memperketat pengeluaran karena khawatir terhadap ketidakpastian dalam pemulihan ekonomi negaranya.
Adapun Moody's awal pekan ini memberikan peringatan terhadap penurunan peringkat kredit China. Mereka menyatakan bahwa biaya untuk memberikan dana talangan (bailout) kepada pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan BUMN serta untuk mengendalikan krisis properti akan membebani perekonomian.
Sementara Kementerian Keuangan China menyebut bahwa keputusan tersebut mengecewakan. Pemerintah optimistis perekonomian akan pulih dan risiko dapat dikendalikan.
(RNA)