sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Indonesia Bisa Jadi Barometer Harga Sawit Dunia, Begini Caranya

Economics editor Taufan Sukma/IDX Channel
03/03/2023 21:24 WIB
penggunaan harga CPO internasional selama ini kerap kali justru memicu ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan di dalam negeri.
Indonesia Bisa Jadi Barometer Harga Sawit Dunia, Begini Caranya (foto: MNC Media)
Indonesia Bisa Jadi Barometer Harga Sawit Dunia, Begini Caranya (foto: MNC Media)

IDXChannel - Holding Perkebunan Nusantara mendukung penuh pembentukan bursa berjangka dalam negeri sebagai harga acuan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Indonesia.

Rencana pembentukan tersebut kini telah dicanangkan oleh pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, dengan harapan agar penentuan harga sawit domestik tidak lagi bergantung pada harga acuan internasional.

"Sebagai produsen terbesar CPO dunia, sudah semestinya Indonesia memiliki harga acuan sendiri," ujar Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara, Dwi Sutoro, dalam seminar bertajuk Strategi Indonesia Menjadi Barometer Harga Sawit Dunia, di Jakarta, Kamis (2/02/2023).

Menurut Dwi, penggunaan harga CPO internasional selama ini kerap kali justru memicu ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan di dalam negeri.

"Kondisi itu pada akhirnya memicu ketidakstabilan harga (CPO) di dalam negeri," tutur Dwi.

Dwi menjelaskan, bursa CPO yang ideal adalah bursa yang memiliki fungsi lengkap, yaitu sebagai price discovery, price reference, dan hedging, dari sebuah proses yang fair, efisien, transparan, dan terpercaya.

"Tentunya, ide membangun tata niaga komoditi CPO Indonesia melalui pengembangan bursa CPO Indonesia ini harus kita dukung dan diskusikan sebagai tahapan untuk membuat Indonesia menjadi barometer sawit dunia," ungkap Dwi.

Lebih lanjut, Dwi menyampaikan bahwa pembentukan tata niaga sawit, setidaknya harus mencakup empat aspek, antara lain aspek keadilan, efisiensi, nilai tambah, dan
keberlanjutan.

"Keterlibatan pemerintah, BUMN, dan swasta, diharapkan bisa menciptakan sinergi yang positif dalam mendesain tata niaga sawit Indonesia yang adil, efisien, transparan, dan terpercaya," papar Dwi.

Sementara, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Musdalifah Mahmud, menyampaikan bahwa mewujudkan Indonesia sebagai barometer harga sawit dunia bukan lagi hanya sekadar cita-cita.

"Tapi Insya Allah akan segera tercapai," tandas Dwi.

Saat ini, ujar Musdalifah, Indonesia merupakan negara yang berkontribusi sebesar 55 persen terhadap minyak sawit dunia dan 42 persen minyak nabati dunia.

Karenanya, Musdalifah optimistis bahwa Indonesia bisa segera menjadi barometer harga sawit dunia.

"Apalagi dengan adanya konsistensi penerapan B35, stabilitas harga sawit juga semakin terjaga," tegas Musdalifah. (TSA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement