IDXChannel - Seiring dunia beralih ke energi terbarukan, kendaraan listrik (EV), dan infrastruktur hijau kebutuhan akan aluminium sebagai bahan baku utama semakin meningkat. Bagi Indonesia, momentum ini menjadi peluang besar bagi industri aluminium nasional untuk mengambil untung signifikan pada 2026.
Lonjakan Permintaan Global & Transisi Energi
Global transformasi ke energi bersih dan kendaraan listrik menjadi pendorong utama permintaan aluminium. Aluminium banyak dipakai sebagai bahan baterai EV, struktur kendaraan, rangka bangunan, panel tenaga surya, hingga komponen infrastruktur membuat logam ringan ini semakin strategis di era modern.
Posisi Strategis Indonesia dalam Rantai Nilai Global
Indonesia kini berada di titik strategis dalam rantai nilai aluminium global:
1. Dengan meningkatnya produksi domestik dan fasilitas hilirisasi, Indonesia bisa memasok aluminium ke pasar global terutama negara-negara yang membutuhkan aluminium primer dan produk hilir untuk konstruksi, otomotif, dan energi terbarukan.
2. Pasar domestik juga diperkirakan tumbuh; penelitian menunjukkan bahwa pasar aluminium Indonesia, yang senilai USD 2,66 miliar pada 2024, bisa tumbuh ke sekitar USD 4,35–4,8 miliar pada 2030.
3. Kombinasi antara permintaan global dan pertumbuhan domestik memberikan “double engine” bagi industri aluminium potensi ekspor sekaligus pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Peningkatan Produksi dan Hilirisasi di Dalam Negeri
Untuk menangkap peluang global tersebut, Indonesia sudah bergerak memperkuat kapasitas produksi seperti diantaranya adalah kapasitas smelter dan fasilitas alumina rafinasi dibenahi agar pasokan aluminium domestik dapat memenuhi kebutuhan nasional sekaligus membuka peluang ekspor.
Selain itu, berbagai produk hilir aluminium lain juga mulai banyak digunakan dan mengalami peningkatan permintaan di dalam negeri termasuk produk panel komposit premium terus meningkat secara signifikan, baik secara global maupun di Indonesia. Pertumbuhan ini didorong oleh banyak faktor. Produk Aluminium Composite Panel (ACP) premium yang banyak dibutuhkan untuk fasad gedung, interior kreatif, hingga konstruksi modern.
ACP SEVEN sebagai brand Aluminium Composite Panel (ACP) berkualitas tinggi dari PT Alcoseven Cipta Pratama mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, seiring maraknya pembangunan infrastruktur, gedung komersial, dan hunian modern di Indonesia.
Tidak hanya meningkat di pasar domestik, permintaan ACP SEVEN juga tumbuh secara global sejalan dengan tren desain modern yang mengutamakan nilai estetika, efisiensi, serta ketahanan material. Hal ini menempatkan ACP SEVEN sebagai salah satu produk hilir aluminium yang berpotensi berkontribusi kuat pada perekonomian nasional di masa mendatang.
Tantangan & Ketidakpastian yang Perlu Diantisipasi
Meski peluang besar terbuka, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Fluktuasi harga bahan baku dan aluminium global bisa mempengaruhi profitabilitas.
2. Persaingan global: banyak negara memperkuat kapasitas aluminium mereka, sehingga Indonesia harus menjaga efisiensi produksi dan kualitas agar tetap kompetitif.
3. Kebutuhan investasi besar untuk hilirisasi dan pembangunan infrastruktur smelter/alumina mengharuskan pemerintah dan pelaku industri bersinergi agar proyek berjalan lancar.
Dengan meningkatnya permintaan global dari sektor otomotif, energi terbarukan, hingga konstruksi serta upaya nyata memperkuat kapasitas produksi dan hilirisasi, industri aluminium Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menuai keuntungan besar di 2026 dan seterusnya. Jika pelaku industri dan pemerintah dapat menjaga efisiensi, kualitas, dan kelancaran suplai, logam ringan ini bisa menjadi salah satu pilar ekonomi strategis bagi Indonesia di era industri modern dan hijau.
(Shifa Nurhaliza Putri)