Nikel dipadukan bersama kobalt dan mangan untuk memproduksi baterai lithium-ion, jenis baterai paling umum digunakan dalam motor maupun mobil listrik.
“Kita patut berbangga bagaimana Indonesia menjadi salah satu pemain nikel terbesar di dunia,” paparnya.
Kendati begitu, Erick tak menafikan bahwa Indonesia baru bisa menyediakan sumber daya alam (ASD) saat melakukan hilirisasi pertambangan. Artinya, Indonesia masih bergantung pada teknologi dan sumber daya manusia (SDM) negara lain.
“Kita bicara yang namanya EV Battery, tetapi teknologi baterainya kita belum punya, kita masih berbasis daripada tambang, di investasi menjadi smelter, diturunkan turunannya, tetapi teknologi dan knowledge-nya kita belum punya,” tuturnya.
(Febrina Ratna)